Laporan dari Makkah, Arab Saudi Dr. Emilia Ningsih: Jemaah Bersiap Wukuf di Armuzna

-Redaktur Kendari Pos di Makkah

KENDARINEWS.COM–Ibadah wukuf di Arafah yang merupakan inti rangkaian ibadah haji. Wukuf dimulai hari Jumat 8 Juli 2022 atau 9 Dzulhijjah, bakda (setelah) salat zuhur sampai Sabtu 9 Juli subuh atau 10 Dzulhijjah waktu Arab. Hari ini (Kamis 7 Juli/8 Dzulhijjah), kami jemaah haji Sultra mulai bergerak menuju Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina).

Saya tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 8, rombongan 9 jemaah haji Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) di wilayah Asyisia di Hotel Shafa Al Murjan. Di hotel itu, saya bersama jemaah haji asal Palopo, Takalar, Kolaka Timur, Bombana, dan Konsel.

Sebelum ke Armuzna, para petugas haji dan pendamping sudah mengingatkan kami untuk mempersiapkan diri baik dari segi fisik maupun kesehatan agar bisa mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji di Arafah. Mengingat informasi dari petugas bahwa cuaca sangat terik. Suhu bisa mencapai 48 derajat celcius, saya sudah mempersiapkan beberapa perlengkapan seperti payung, masker, kaca mata hitam, cemilan, dan yang terpenting obat-obatan.

Kondisi cuaca di Makkah saat ini 42 dejarat celcius. Kalau di Indonesia sangat panas, tapi bagi orang Arab Saudi belum terlalu panas. Puncak panas 53 derajat di Arafah. Itulah kami diminta membawa perlengkapan seperti payung dan lain-lain. Sebab, di Arafah nanti, pelindung hanya tenda-tenda.

Di Arafah nanti selama lima hari. Untuk itu, kami diingatkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan fisik. Jemaah akan berjalan kaki sepanjang tiga sampai empat kilometer menuju lokasi lempar jumrah atau lontar jumrah.

Berangkat dari Makkah, kami diprediksikan akan tiba Arafah sebelum Magrib, karena normalnya perjalanan dari Makkah menuju Arafah membutuh waktu satu sampai dua jam. Namun, waktunya bisa saja molor. Kata petugas, biasanya dimusim haji saat ini jalur sedikit macet.

Selama berada Makkah saya merasa nyaman. Pasalnya, seluruh kebutuhan jemaah terpenuhi. Panitia menyiapkan makanan yang cukup bagi seluruh jemaah. Menu makanan kami sangat terjamin, dan tepat waktu. Kami makan tiga kali sehari dengan menu khas Indonesia.

Bukan hanya itu, keberadaan tim medis selalu bersiap memantau kesehatan jemaah. Terutama bagi jemaah haji yang beresiko tinggi (Risti). Sejauh ini, ada 30 orang jemaah dalam pengawasan khusus dokter. Pendampingan petugas medis itu membuat seluruh jemaah merasa nyaman. Misalnya kemarin, saya sempat sakit maag dan flu, namun berkat kesigapan tim medis Alhamdulillah kondisi kesehatan kembali pulih.

Kondisi tersebut juga dialami beberapa jemaah lainnya. Bukan karena bawaan, melainkan karena kondisi cuaca terik. Apalagi sebelumnya jemaah berada dalam ruangan ber-AC. Hal inilah yang menyebabkan jemaah rentan terpapar flu dan batuk. Berdasarkan informasi tenaga medis, total ada 80 jemaah yang mengalami sakit. Sakit yang diderita didominasi flu dan batuk. Dari 80 jemaah yang sakit itu, tiga orang menjalani rawat inap namun satu jemaah asal Kolaka Timur sudah keluar dari ruang perawatan.

Secara umum, kloter 8 sudah siap menuju Armuzna. Pendamping sudah memastikan kesiapan kami. Termasuk jemaah yang lanjut usia (Lansia), sebab rata-rata mereka masuk resiko tinggi dan punya riwayat penyakit bawaan. Jemaah lansia juga sudah bersiap wukuf di Arafah. Mereka ditempatkan di tenda dan mobil khusus yang terpisah dengan jemaah lainnya. Bahkan mendapat pengawasan khusus dari dokter.

Jemaah lansia juga dapat membadalkan melempar jumrah. Ada pengganti. Sebab, untuk lempar jumrah ini berjalan kaki sekira tiga atau empat kilometer dalam cuaca ekstrim. Jadi petugas tidak mau ambil risiko sehingga jemaah lansia dapat dibadalkan dalam melontar jumrah.

Tidak ada ritual khusus sebelum ke Armuzna. Kami hanya diberi kantung oleh pendamping haji. Kantung itu digunakan untuk menampung batu persiapan lempar jumrah di Mina. Selain diberi kantung untuk batu, kami diberikan bendera kloter warna hijau. Ini sangat penting untuk mengidentifikasi maktab. Khusus jemaah Konsel yang bergabung di rombongan 9 Kloter 8, dengan bendera warna hitam.

Terakhir, pendamping meminta kami untuk menyiapkan dan menjaga tanda pengenal atau ID khusus yang akan digunakan selama berada Armuzna. ID khusus itu sangat penting karena pengawasan di Armuzna sangat ketat. Bagi jemaah yang tidak memiliki pengenal, tidak diperkenankan untuk memasuki Armuznah. Mudah-mudahan perjalanan kami selalu mendapatkan Rida, Keberkahan dan Perlindungan dari Allah SWT. Aamiin. (*)

Tinggalkan Balasan