Awas DBD! Ini Imbauan Kadinkes

KENDARINEWS.COM–Pemerintah Kota Kendari melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Pasalnya, hingga Oktober 2023, Dinkes mencatat sebanyak 219 kasus dengan korban meninggal empat orang dari penyakit yang disebabkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu.

Kepala Dinkes Kota Kendari, drg. Rahminingrum mengungkapkan penyakit DBD mudah menular karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk menerapkan 3 M atau menguras dan menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang (mengubur) barang bekas sampah yang menjadi tempat pengembangbiakan nyamuk. “Sosialisasi terus kita lakukan,” ujarnya.

Karena masuk kategori penyakit mematikan, Rahminingrum menyarankan kepada masyarakat yang merasakan gejala penyakit DBD untuk segera datang ke Puskesmas atau layanan fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

“Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat celsius. Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah. Ini harus mendapatkan pertolongan medis sebelum kondisinya (pasien) memburuk,” ungkapnya.

Selain fokus terhadap penyadaran dan penanganan warga yang terkena penyakit DBD, pihak juga tengah menunggu instruksi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait penanganan masalah DBD untuk jangka panjang. Penanganan yang dimaksud, yakni penyebaran Nyamuk Wolbachia.

Rahminingrum menjelaskan, penyebaran Nyamuk Wolbachia sangat baik karena akan mengurangi resiko penularan penyakit DBD yang berpotensi menjangkiti masyarakat. 

Berdasarkan hasil penelitian, kata Rahminingrum, bakteri Wolbachia yang ada pada nyamuk bisa melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

“Kita berharap kehadiran nyamuk Wolbachia ini efektif membuat nyamuk aegypti menjadi mandul dan tidak menularkan penyakit DBD. Karena jika aedes aegypti jantan yang memiliki Wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok,” ungkap Rahminingrum.

“Sementara jika nyamuk betina Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. Ini sangat baik karena nyamuk sudah tidak memiliki virus dengue,” sambungnya.

Rahminingrum menambahkan, pihaknya masih menunggu petunjuk teknis terkait penyebaran Nyamuk Wolbachia. Disisi lain, pihaknya sudah siap mengimplementasikan program tersebut dalam rangka menekan angka penyakit demam berdarah di Kota Kendari.

“Sebelumnya tentu program ini harus disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat bisa paham dan mengerti bahwa apa yang ditempuh pemerintah semata-mata untuk melindungi masyarakat dari potensi tertular DBD,” pungkasnya. 

Sekedar informasi, sebanyak 219 kasus DBD di Kota Kendari tersebar di 11 kecamatan. Rinciannya, Kecamatan Baruga 34 kasus, Kadia 32, Poasia 27, Mandonga 26, Wuawua 20, Puuwatu 19, Abeli 17, Kendari Barat 15, Kambu 14, Kendari 11, dan Kecamatan Nambo 4 kasus. Sementara untuk 4 korban meninggal berasal dari Kecamatan Poasia dua kasus dan Kadia serta Puuwatu masing-masing kasus meninggal satu kasus. (ags)

Tinggalkan Balasan