KENDARINEWS.COM–Semenanjung Sulawesi punya candu. Sejak abad pertengahan, tidak sedikit penjelajah kebangsaan Eropa, Timur Tengah (Timteng) maupun daratan China yang melakukan ekspansi dagang di Pulau Celebes. Jika dulu, karena beragam komoditas rempah-rempah dari tanahnya yang subur. Kini, kandungan sumber daya alam (SDA) di perut bumi pulau seluas 174,6 ribu meter persegi.
Amal Fadly Senga, Kolaka
Fajar mulai menyingsing, matahari perlahan mulai menampakan sinarnya di ufuk timur. Hembusan angin begitu sejuk, tatkala mobil dengan kecepatan sedang membelah jalan di Kota Kendari. Dari balik jendela kendaraan, nun jauh di seberang teluk kabut masih menyelimuti kawasan Lapulu, Poasia dan Andounohu. Sisa-sisa embun pun pagi masih menempel di kaca dan body mobil.
Jalur lalu lintas kendaraan di ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini masih lengang. Tapi yang patut diapresiasi, polisi telah stand by di titik rawan kemacetan mengatur lajur kendaraan. Hari itu, merupakan hari perdana ketika saya mewakili Kendari Pos memenuhi undangan menghadiri Visit Media PT Vale. Lokasi kegiatannya di Kolaka dan Sorowako, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Jarak Kendari dan Kolaka sekitar 200-an kilometer (km). Waktu tempuhnya, antara 3,5 sampai 4 jam. Olehnya, saya harus berangkat pagi. Di Kota Kendari, ada lima media yang mendapat undangan perusahaan asal Brazil ini. Setelah keliling menjemput rekan wartawan, mobil pun meluncur menuju Kolaka. Kendaraan yang digunakan adalah mitra PT Vale yakni PT Laduma Konsolindo Sultra.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam, kendaraan tiba di Kota Kolaka. Sebelum ke kantor PT Vale, rombongan visit media beristirahat sejenak di hotel dan makan siang di sebuah Cafe. Pasalnya, waktu telah mendekati pukul 12.00 Wita. Setelah perut terisi dan rasa lelah berangsur pulih pasca menempuh perjalanan jauh, kami diantar menuju kantor PT Vale.
Gedung kantor PT Vale di Kolaka bisa bilang tak begitu istimewa. Bangunannya cuma dua lantai namun area parkirnya lumayan luas. Tentu tak sebanding dengan kantor PT Vale lainnya di Indonesia. Namun untuk ukuran Kota Kolaka, kantor PT Vale sudah terbilang representatif.
Di Sulawesi, PT Vale mulai melakukan ekspansi besar-besaran. Selain di Sorowako, blok Pomalaa dan Bahodopi akan menjadi lokasi pembangunan kawasan industri. Investasi ini menelan anggaran triliunan rupiah. Di blok Pomalaa, ground breaking dimulainya proyek raksasa ini telah dimulai sejak tahun 2022 lalu. Pembangunan konstruksi site project dikerjakan PT Leighton Contractors Indonesia (LCI).
Tidak hanya sampai di situ, PT Vale dan PT PLN (Persero) telah menandatangani kerja penyediaan data listrik pada fase konstruksi. Untuk suplai pembangkit listrik, PT Vale tetap konsisten menggunakan bahan baku ramah lingkungan. Kebutuhan PT Vale di blok Pomalaa bersumber dari renewable energy atau energi terbarukan. Artinya, zero karbon no fosil. Tidak seperti dengan perusahaan tambang lainnnya yang masih menggunakan batubara atau bahan baku fosil.
Pulau berbentuk alfabet K memiliki potensi tambang yang signifikan. Mulai nikel, emas, tembaga, besi, bauksit hingga batubara. Dari potensi SDA, nikel yang paling diminati. Tren dunia saat ini tengah mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan baku fosil. Sebagai solusinya, sumber energi terbarukan berkembang pesat. Salah satunya baterai litium yang bahan bakunya dari nikel.
Eksplorasi nikel di rezim pemerintahan Joko Widodo dilakukan secara jor-joran. Berbagai kebijakan ditelorkan Presiden ke tujuh ini untuk memuluskan target pemerintah. Sulawesi pun ditetapkan jadi pusat pengembangan kawasan industri. Pabrik pengolahan satu persatu dibangun. Kebijakan ini tetap dilanjutkan rezim Prabowo-Gibran.
Meski belum berproduksi, PT Vale sangat ketat dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tak hanya di kawasan site, namun juga di gedung kantor maupun saat berkendara. Safety belt wajib digunakan bagi pengemudi dan penumpang. Kendaraan yang masuk tak boleh sembarang parkir dan menurunkan penumpang.
Alat Pelindung Diri (APD) wajib digunakan di area Site maupun yang dianggap rawan. Mulai helm, rompi pengaman, sepatu standar dan dilarang menggunakan baju lengah pendek. Selama kunjungan, media visit benar-benar diberi kemudahan dan dilayani dengan baik. Tim Communication Officer PT Vale IGP Pomalaa yang dikomandani Mirwanto Muda dan Klaudia Prislika begitu sigap memfasilitasi dan mendampingi teman-teman media.
Pada hari perdana, media visit dari Kendari dan Kolaka diberi gambaran tentang PT Vale. Seperti progres pembangunan site, nursery hingga program sosial PT Vale bersama mitra. Bahkan media visit sempat diajak jalan-jalan menemui seorang penerima manfaat operasi katarak bernama Syarifuddin lewat program Corporation Social Responsibility (CSR) dan Environmental Social Governance (ESG) PT Vale IGP Pomalaa.
Ketika disambangi, warga Lamekongga Kecamatan Undulako Kolaka ini begitu gembira. Ia mengaku kini bisa melihat dengan normal. Penyakit katarak yang dideritanya selama bertahun-tahun telah sembuh. Pria paruh baya ini tak perlu mengeluarkan duit sepersen pun. Semuanya biaya ditanggung PT Vale melalui program operasi katarak gratis.
“Alhamdulillah, penyakit katarak saya bisa sembuh. Semuanya, berkat operasi katarak gratis PT Vale. Dulunya, saya tak bisa membaca tulisan jarak satu meter. Tapi kini, sudah melihat yang jauh. Bawa kendaraan malam pun sudah bisa. Sebelumnya, tak bisa,” kata Syarifuddin.
Pria yang berprofesi sebagai tukang kayu ini mengaku dipermudah ketika mendaftar penerima manfaat operasi katarak. Ia hanya menyodorkan fotokopi KTP, KK dan surat keterangan tidak mampu dari pemerintah Kelurahan Mekongga. Prosesnya cukup singkat dan tak berbelit-belit hingga naik meja operasi. Bukan hanya itu, PT Vale menanggung biaya rawat jalan sampai sembuh.
“Saya berharap program operasi katarak gratis ini dilanjutkan. Sebab program ini sangat bermanfaat terutama bagi orang kurang mampu. Yang saya dengar-dengar, operasi katarak itu menelan biaya Rp 8 juta. Belum lagi biaya perawatan dan obat-obatan. Kalau lewat program ini, semua biaya ditanggung PT Vale,” ujar pria kelahiran 1972 ini.
Head of Project IGP Pomalaa, Mohammad Rifai melalui Project Engineering Asdam mengatakan operasi katarak gratis merupakan bagian dari program CSR dan ESG yang menyasar warga kurang mampu di sekitar wilayah operasional perusahaan. Dalam program ini, PT Vale Pomalaa bekerjasama dengan Klinik Mata Kolaka.
“Dari hasil verifikasi, sebanyak 20 warga kurang mampu lolos berkas. Sebelum dioperasi, mereka menjalani pemeriksaan awal. Jika memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan operasi. Dari 20 warga, hanya 15 diantaranya yang bisa dioperasi pada hari H. Lima pasien lainnya ditunda karena berbagai alasan,” jelas Asdam
Namun lima hari kemudian lanjutnya, lima pasien lainnya bisa menjalani operasi katarak. Pasca operasi, pasien tetap jalani rawat jalan hingga sembuh. “Jadi, pasien menjalani pemeriksaan awal. Sehari pasca operasi, kembali dilakukan pemeriksaan sampai kondisi membaik,” jelasnya.
Kehadiran PT Vale di Pomalaa tak hanya sekedar mengejar profit. Ketika masih fase konstruksi, perusahaan telah memulai beragam program sosial dan pemberdayaan masyarakat. Tidak hanya lewat operasi katarak dan pembinaan terhadap petani di area wilayah tambang, namun juga membangun Nursery sebagai komitmen awal PT Vale terhadap lingkungan.
Kawasan “tanah merah” di Blok Pomalaa memang sangat diminati. Selain PT Vale, ada PT Aneka Tambang (ANTAM) yang telah beroperasi puluhan tahun. Korporasi besar bahkan telah memulai pembangunan site dan pabrik pengolahan. Diantaranya PT Indonesia Pomalaa Industrial Park (IPIP). (***)
Tanah Merah Sulawesi jadi Primadona Investor//
AMAL FADLY SENGA/KENDARI POS
SITE PROJECT BLOK POMALAA : Area pembangunan site Project PT Vale Blok Pomalaa di Desa Huko-huko, Kecamatan Baula Kolaka. Pembangunan konstruksi site project dikerjakan PT Leighton Contractors Indonesia.








































