KENDARINEWS.COM—Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil mencatatkan prestasi sebagai salah satu provinsi dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH) terendah di Indonesia pada minggu kedua Januari 2025. Itu terungkap dalam Rapat Koordinasi Rutin Pengendalian Inflasi Daerah yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri secara virtual pada Senin, (13/1). Rapat ini dipimpin langsung oleh Plt. Sekjen Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, dan dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah se-Indonesia.
Dalam momen tersebut, Plt. Sekjen Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, memberikan apresiasi kepada pemerintah pusat dan daerah atas kerja sama dalam mengendalikan inflasi. Ia juga meminta agar Bulog meningkatkan penyaluran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) di daerah-daerah dengan harga beras yang tinggi untuk membantu menurunkan harga.
Selain itu, ia mengingatkan pemerintah daerah untuk segera mengantisipasi kenaikan harga bawang merah yang mulai merangkak naik. Satgas Pangan Polri juga diminta untuk terus melakukan pengawasan terhadap distribusi minyak goreng untuk memastikan ketersediaan dan kestabilan harga.
“Untuk menjadi perhatian semua Kabupaten/Kota, komoditas bawang merah harganya sudah mulai merangkak naik, perlu dilakukan langkah antisipasi lebih awal. Selain itu, atensi untuk Satgas Pangan Polri, dimohon bantuan untuk terus melakukan pengawasan terhadap D1 dan D2 dalam rangka penyaluran minyak kita,”tegasnya.
Sementara itu, menindaklanjuti arahan Menteri Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi Sultra melanjutkan dengan Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Koordinator Sekretariat TPID Prov. Sultra, Hamuliah. Dalam pertemuan tersebut, Ia melaporkan bahwa Indeks Perkembangan Harga (IPH) di wilayah Bumi Anoa berada pada angka 0,07%. Angka ini menempatkan provinsi tersebut di posisi ke-36 dari 38 provinsi, menjadikannya sebagai salah satu provinsi dengan IPH terendah di tingkat nasional. Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi di Sultra adalah beras, cabai merah, dan bawang merah.
“Angka IPH Sultra pada minggu ke-II bulan Januari 2025 sebesar 0,07 persen dan berada di posisi ke-36 dari 38 Provinsi atau tiga terendah dari seluruh Provinsi,”ungkapnya.
Adapun komoditas andil penyumbang angka IPH adalah beras, cabai merah dan bawang merah. Angka ini secara persentase mengalami penurunan dibandingkan minggu lalu sebesar 0,14%.
Angka IPH Kabupaten/Kota di Sultra yang masuk dalam tiga tertinggi (inflasi) yaitu Buton Tengah sekira 1,98%, Kabupate. Konawe Utara capai 1,51% dan Muna Barat 1,46%. Sementara itu tiga Kabupaten dengan IPH terendah (deflasi) yaitu Bombana -2,95%, Kolaka Timur -0,55%
dan Buton Utara sekira -0,39%.
“Berdasarkan data IPH minggu ke-II Januari 2025, dari 13 Kabupaten/Kota non IHK, Kabupaten dengan IPH tertinggi di Sultra adalah Kabupaten Buton Tengah sebesar 1,98 dengan komoditas andil IPH adalah beras, telur ayam ras, dan bawang merah. Sedangkan kabupaten terendah adalah Kabupaten Bombana sebesar 2,95 dengan komoditas andil IPH adalah daging ayam ras, mie kering instan, dan pisang,”paparnya. (rah)