KENDARINEWS.COM– Saat ini, prevalensi stunting Kota Kendari tercatat sebesar 19,5 persen. Guna menekan kasus gagal tumbuh itu, Pemkot Kendari menyalurkan bantuan pangan tambahan kepada Bayi Dua Tahun (Baduta).
Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu mengatakan pemberian bantuan pangan tambahan sangat penting dalam rangka menekan dan mencegah potensi stunting di daerah.
“Pencegahan stunting merupakan satu dari tujuh arahan Pak Presiden. Ini kita harus sukseskan. Anak-anak di Kota Kendari kita upaya bebas dari stunting,” ungkap Asmawa Tosepu usai menyalurkan bantuan pangan tambahan di Pelataran Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, kemarin.
Asmawa mengungkapkan, bantuan pangan tambahan kepada Baduta berpotensi stunting bersumber dari Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) Aparatur sipil Negara (ASN) Pemkot Kendari yang dihimpun melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Total bantuan yang disalurkan, kata Asmawa, sebesar Rp 44 juta dalam bentuk bantuan pangan tambahan dan uang tunai. Kedepan, pihaknya berkomitmen untuk memberikan bantuan serupa sehingga bisa mewujudkan target penurunan stunting sebesar hingga 14 persen pada 2024.
Kepala Biro Umum Kemendagri ini menambahkan, tahun lalu angka prevalensi stunting di Kota Kendari berhasil ditekan sebanyak 4,5 persen menjadi 19,5 persen dibanding sebelumnya sebesar 24 persen.
“Berkat pencapaian yang cukup signifikan inilah yamg menempatkan Kota Kendari sebagai salah satu dari tiga kota percontohan penangganan stunting di Indonesia. Salah satu program yang riil yang langsung bisa dirasakan oleh masyarakat dalam rangka penurunan stunting ini adalah gerakan orang tua asuh stunting dan pemberian bantuan seperti yang kita laksanakan saat ini (kemarin)” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinkes Kendari, drg. Rahminingrum mengungkapkan, sebanyak tiga kecamatan di Kota Kendari memiliki prevalensi stunting cukup tinggi. Tiga kecamatan itu yakni Kendari Barat (79 kasus) Kendari (76 kasus), dan Kecamatan Puuwatu (66 kasus).
Lanjut dia, tingginya prevalensi stunting ditiga kecamatan itu dipengaruhi kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif terhadap balita termasuk makanan tambahan pendamping ASI. “Para balita kurang mendapatkan ASI,” ungkapnya.
Sebagai bentuk penanganan, kata Rahminingrum, pemerintah Kota Kendari telah menggalakkan program orang tua asuh ditiga kecamatan tersebut. Program tersebut mewajibkan seluruh pejabat lingkup Pemkot Kendari untuk mendampingi seluruh balita yang stunting.
“Pemerintah bersama stakeholder terkait bahu membahu untuk meringankan beban keluarga yang memiliki baduta stunting. Selain program orang tua asuh, Pemkot Kendari juga masih memberikan bantuan makanan tambahan kepada anak berpotensi ,” ungkap Rahminingrum.
Meski masih terdapat balita stunting, namun secara umum kata Rahminingrum, prevalensi stunting Kota Kendari berada dibawah angka prevalensi stunting nasional. Saat ini, prevalensi stunting Kota Kendari tercatat hanya 19,5 persen dari sebelumnya tercatat sebesar 24 persen. (ags)