KENDARINEWS.COM–Di sejumlah daerah, penyakit cacar monyet yang disebabkan virus monkey pox ini terus meningkat. Di Kendari, penyakit ini belum ditemukan.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari drg. Rahminingrum. Dr Rahminingrum mengungkapkan sejauh ini belum menemukan dan mendeteksi penyakit cacar monyet hingga Oktober 2023.
Meski demikian, pihaknya tak henti mengingatkan masyarakat untuk selalu mewaspadai penyebarannya.
“Kasus cacar monyet sudah merebak sejak tahun lalu (2022). Alhamdulillah sampai saat ini kasus cacar monyet belum kita temukan di Kota Kendari,” kata drg Rahminingrum kemarin.
Rahminingrum menambahkan, masyarakat hendaknya mengenali ciri-ciri atau gejala penyakit mongkey pox seperti penderita biasanya diawali nyeri kepala kemudian diikuti demam lebih dari 38 derajat celsius dan nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, diikuti munculnya ruam setelah satu atau tiga hari.
“Jika sudah merasakan gejala itu segera periksakan diri ke rumah sakit untuk segera mendapatkan perawatan dan tidak menular ke orang lain. Karena penyakit ini menular biasanya penderitanya segera dilaksanakan isolasi,” kata Rahminingrum.
Sebagai bentuk pencegahan, ia meminta masyarakat untuk senantiasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat misalnya rajin mencuci tangan setelah berinteraksi dengan hewan bahkan sebisa mungkin menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus termasuk hewan peliharaan seperti kucing, anjing, unggas, dan lainnya.
“Karena penyakit ini penularannya melalui udara maka ketika masyarakat kita minta untuk tidak kontak langsung dengan hewan di sekelilingnya untuk mencegah penularan dari hewan yang sangat berpotensi terpapar virus ini,” ungkap Rahminingrum.
Adapun cacar monyet yang ditularkan pula dari manusia, sebelumnya pihaknya sudah meminta masyarakat yang sudah merasakan gejala mongkey pox untuk segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat dan tidak membangun kontak dengan keluarganya.
“Karena penularannya ke manusia melalui kontak langsung bisa dalam bentuk luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan. Saling menjaga adalah kunci utama tidak tertular penyakit ini,” pungkas Rahminingrum. (ags/kn)