KENDARINEWS.COM–Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus melonjak hingga 16 Januari ini, Kasus ini didominasi oleh anak-anak dan orang dewasa.
Dari data terbaru menunjukkan bahwa virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti telah menyebabkan satu anak balita berusia 4 tahun meninggal dunia. Kejadian ini memicu kekhawatiran masyarakat dan memperkuat urgensi penanganan kasus DBD di wilayah ini.
Bahkan Penjabat (Pj) Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto secara langsung melihat keadaan para Pasien DBD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas, Selasa (16/1)
Selama kunjungannya, Pj Gubernur menyampaikan keprihatinan atas peningkatan kasus DBD di Sultra. Bahkan saat ini sejak 1 sampai 16 Januari berdasarkan laporan Dinas Kesehatan, kasus DBD telah mencapai 396 kasus yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota. Dari jumlah tersebut, 279 kasus berhasil sembuh. Tetapi kota Kendari mencatat kasus terbanyak sekira 260 kasus atau 60 persen dari total sebaran, termasuk satu kasus kematian.
“Kami menyatakan dukacita atas meninggalnya anak balita bernama Reza dan berharap agar keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan. Kami juga turut prihatin terhadap kondisi kesehatan anak-anak kita di Sultra dan mendoakan kesembuhan bagi mereka,”kata Andap.
Dia juga menekankan perlunya respons serius untuk menangani situasi ini. Dalam menghadapi endemi DBD yang diperkirakan berlanjut hingga Maret-April, Pj Gubernur Sultra mengimbau masyarakat untuk mencegah lebih baik daripada mengobati. Beliau menekankan langkah-langkah 3M plus, termasuk membersihkan lingkungan, menguras tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, dan memperhatikan lingkungan sosial.
“Selamatkan keluarga kita, selamatkan tetangga kita, selamatkan seluruh masyarakat Sultra,” ucap Mantan Kapolda Sultra itu.
Meskipun mengingatkan bahwa endemi ini diprediksi meningkat, beliau optimis bahwa dengan langkah-langkah preventif yang tepat, pertumbuhan kasus dapat ditekan. Karena itu Pj Gubernur Sultra juga mengajak media untuk turut serta dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pencegahan DBD.
“Dalam upaya bersama, diharapkan kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan untuk melawan penyebaran virus DBD dan melindungi kesehatan bersama,”harapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Bahteramas, dr. Hasmudin mengatakan, saat ini berdasardan data dari RS. Bahteramas terdapat satu kasus meninggal dunia akibat DBD. Pasien meninggal dunia tersebut adalah seorang balita berusia 4 tahun.
“Pasien balita ini sebelumnya sudah dirawat di RS Hati Mulia kurang lebih 1 minggu kemudian dirujuk ke sini (RSUD Bahteramas) dengan kondisi yang sudah berat atau sudah shock syndrome,” kata Hasmudin.
Dia melanjutkan, pasien ketika diterima oleh RSUD Bahteramas langsung dilakukan perawatan intensif dan berhasil bertahan selama beberapa jam.
“Pasien masuk 2 Januari 2024, dia bertahan beberapa jam sebelum akhirnya meninggal dunia. Dia pasien DBD kota Kendari,”ujarnya.
Hasmudin menjabarkan, sejak 1 – 16 Januari 2024, RSUD Bahteramas telah menangani 65 kasus akibat DBD, tetapi sebagian sudah rawat jalan dan saat ini total kasus yang masih rawat inap akibat DBD di RSUD Bahteramas tersisa 39 kasus. Dimana anak-anak 15 kasus dan dewasa 24 orang.
“Kasus ini sebagian besar dari Kota Kendari, namun ada juga beberapa kasus rujukan dari kabupaten lainya baik Buton Utara, Konawe, Konsel dan sebagainya,”jelasnya.
Ia menyebutkan, DBD merupakan penyakit endemik yang pada bulan-bulan tertentu ada kecenderungan kasusnya naik. Apalagi pada musim penghujan ini tak bisa dihindari, pasti setiap tahun naik.
“Bayangkan saja pada November 2023 selama sebulan hanya ada 19 kasus, Desember 17 kasus dan pada Januari mulai meningkat hingga 64 kasus. Ini biasanya sampai Maret atau April baru tranya turun,”bebernya.
Terkait langkah pencegahan, kata dr. Hasmudin sesungguhnya pihak rumah sakit hanya merawat dan tak lakukan langkah pencegahan. Sebab untuk pencegahan seperti foging dan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat itu menjadi tugas Dinas Kesehatan.
“Selain itu, kepada masyarakat agar lebih mawas diri untuk membedakan gejalah DBD dengan penyakit lainya karena gejalanya sama, yaitu demam, karena itu bila ada anaknya demam, harus segera lakukan pemeriksaan diri ke laboratorium apakah ada penurunan trombosit atau tidak. Bila ada gejalah penurunan trombosit segera bawa di rumah sakit untuk dirawat,”pungkasnya. (rah)