KENDARINEWS.COM—Pengamat Politik Sulawesi Tenggara (Sultra) Dr. Najib Hasain baru-baru ini menerbitkan sebuah kajian komunikasi politik dalam buku berjudul “Jalan Panjang Menuju Kursi Pemimpin Daerah. ” Buku tersebut hadir berkat kerja sama dengan Harian Kendari Pos yang merupakan media terbesar di Bumi Anoa.
Kemarin, Dr Najib Husain berkesempatan mereview isi buku yang digagas nya bersama Kendari Pos di Studio Mini Graha Pena. Kegiatan dipandu langsung oleh Direktur Kendari Pos Irwan Zainuddin.
Dr. Najib Husain menjelaskan, latar belakang penulisan buku tersebut berawal dari sebuah pemikiran bahwa konstalasi politik yang ada saat ini terkesan ada ketidakadilan antara peserta pemilu dengan pemilih.
“Kita selalu memposisikan bahwa terjadinya misalnya money politik, black campaign, atau terjadinya hoaks dan sebagainnya, itu disebabkan karena faktor pemilihnya, sehingga kemudian kita kenal ada istilahnya pemilih yang cerdas, pemilih kurang cerdas dan sebagainya,” ungkap Najib.
“Padahal sebenarnya kita tidak boleh membeban itu semua kepada pemilih tetapi disisi sebagai pelaku atau sebagai peserta pilkada itu harus mengoreksi diri bahwa menjadi sebagai bupati misalnya itu wajib memiliki kualitas,” kata Najib.
Najib menjelaskan, para calon pemimpin saat ini sudah seharusnya memiliki kemampuan dan kualitas sehingga ketika khalayak menginginkan pemilih yang cerdas maka otomatis pemimpinnya harus cerdas terlebih dahulu. “Tidak bisa kita mengharapkan pemilih yang cerdas lantas pemilihnya tidak cerdas. Dalam buku ini kita ulas, ” Kata Najib.
Lalu bagaimana bisa mengikuti pemimpin yang cerdas kata Najib, pemimpin yang cerdas tentunya ketika ia menjadi pemimpin dan ketika bertemu dengan pemilihnya yang dijual kedepannya adalah menjual persoalan programnya, visi misi, misalnya seperti ingin menjadi bupati apa yang akan dilakukan pada daerah dan apa yang dikembangkan didaerah tersebut.
“Ini yang saat ini masih dan yang menjadi persoalan perpolitikkan di Sultra. Bahkan yang terjadi saat ini ada pergeseran atau gesekan antara calon, politik itu tidak sehat, nah hal semacam iniini yang tidak kita inginkan. Lebih bagus mereka bersaing pada tataran konsep dan visi misi kedepannya,” jelas Najib.
Najib mengungkapkan, terdapat tiga sumber dalam penulisan buku ini. Pertama, sumber buku ini berasal dari Harian Kendari Pos yang selama dua tahun terakhir memberikan ruang kepada penulis untuk mengamati pilkada pada 2020.
“Pada pilkada 2020 ada pesta demokrasi yang cukup aneh, cukup menarik karena dilaksanakan dalam suasana Covid-19. Ini yang menjadi kesempatan bagi saya untuk memberikan tanggapan, ulasan kemudian saya rangkum, saya menarik benang merahnya dan saya tuangkan dalam sebuah buku,” ungkap Najib.
Sumber kedua, adalah beberapa teori yang seharusnya digunakan oleh pemimpinan yaitu teori tentang komunikasi politik. Teori tersebut sangat penting bagi pemimpin itu sendiri untuk bisa menjadi komentator politik
Ketiga, pihaknya memotret dan mengambil data dilapangan terkait pilkada didaerah. Alumni Doktor Universitas Gajah Mada (UGM) ini berharap pada Pemilu 2024 nanti calon pemimpin bisa menjadikan buku ini sebagai sumber referensi untuk bisa bertarung dalam pilkada 2024 .
“Artinya sesorang yang tidak menjadi pemimpin secara instan tapi melalui perjalanan panjang seperti membangun komunikasi dengan pemilih, membangun koalisi dengan partai, memilih pasangan dan yang terpenting bagaimana mereka bisa merancang visi dan misi kedepan yang bisa ditawarkan kepada masyarakat,” kata Najib.
Pada kesempatan tersebut, Najib juga memaparkan strategi yang harus diterapkan calon kepala daerah jika ini terpilih sebagai pemimpin. Strateginya kata Najib, seorang calon kepala daerah harus memiliki visi. Kalau sudah memiliki visi yang jelas maka mereka dipastikan akan bekerja secara sistematis seperti membentuk tim atau kelompok dan menetapkan siapa yang nantinya akan membantu dalam pemilu.
Selanjutnya, para calon ditantang untuk kemudian bagaimanan bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat, bagaimana kemudian membangun kekuatan dilapangan. Najib yakin, jika semua sudah berjalan dengan baik maka dipastikan calon kepala daerah akan terpilih menjadi pemimpin yang diharapkan masyarakat.
Namun disisi lain, Najib merasa ironi jika terkadang ada calon pemimpin yang kualitasnya bagus, punya pemikiran yang cerdas tapi kemudian tidak memiliki dukungan dari parpol.
Lanjut dia, itu yang tercermin pada pilkada 2020 dimana calon potensial tidak bisa melenggang karena terkendala dengan dukungan parpol. Maka tak heran kata Najib calon juga tergantung pada usung partai dan tidak bisa menghindarkan perilaku transaksional.
“Antara seorang kandidat dan parpol tidak bisa dipisahkan mereka bisa mendapatkan dukungan dari parpol mereka tidak bisa terlepas dari transaksiilonal dan sebagainya dan itu tidak menjadi hal yang ditutupi, itu menjadi hal yang terbuka bahwa mereka mendapat dukungan partai bahwa ada sesuatu yang disampaikan kepada partai,
Walaupun partai mengatakan itu bukan money politik tapi itu biaya yang harus ditanggung parpol ketika calon mendapat dukungan, ” kata Najib.
Disisi lain menurut Najib, ada salah satu komponen yang harus dimanfaatkan oleh seorang kandidat untuk memenangkan pilkada. Yakni dengan memanfaatkan media.
Najib yakin, melalui media seorang calon yang misalnya dari awal tidak dikenal namun karena selalu diberitakan oleh media sehingga dia bisa dikenal oleh publik.
“Itu terasa pada masa Covid-19 dimana keberadaan media sangat penting baik itu media konvensional maupun media online karena strategi door to door strategi dengan tatap muka itu sangat sulit dilakukan. Nah melalui media itu bisa tersampaikan, ” kata Najib.
Najib menambahkan, saat ini calon kandidat kepala daerah harus berbuat dan diketahui orang khalayak. Itu bukan sebagai bentuk kesombongan diri melainkan untuk menyampaikan kepada publik bahwa yang bersangkutan sudah berbuat karena menjadi pertanggung jawaban publik.
“Persoalan bagaimana publik menilai hasil kerja kita itu persoalan lain, tapi sampaikan dulu apa yang kita lakukan dan apa yang kita perbuat untuk masyarakat, ” kata Najib.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Kendari Pos mengapresiasi kehadiran buku kajian politik dari Dr. Najib Husain. Menurutnya buku tersebut merupakan sebuah harta karun bagi generasi yang akan datang karena ulasannya yang menarik.
“Kita patut apresias kehadiran buku ini. Karena ditengah kesibukan beliau, masih bisa mempersembahkan karya terbaik bagi masyarakat, ” kata Irwan Zainuddin.
Irwan berharap, buku kajian politik ini nantinya bisa mengedukasi masyarakat sehingga bisa mengenali politik yang sehat dan santun sekaligus menjadi bahan referensi bagi calon kepala daerah yang akan bertarung pada Pilkada 2024.
“Seorang pejabat publik tidak perlu mengedukasi masyarakat dengan iming-iming atau janji dan sebagainya. Akan tetapi melalui visi misi yang jelas dan kerja nyata yang sudah dibahas dalam buku ini. Mudah mudahan buku ini bisa dijadikan rujukan bagi para calon kepada daerah sekaligus bisa mencerdaskan bangsa, ” pungkas Irwan. (ags/kn)