KENDARINEWS.COM — Alat tes swab atau Rapid Test Antigen marak diperjual belikan di Marketplace dan E-Commerce. Tak jarang, ada masyarakat membeli dan melakukan tes swab secara mandiri di rumah. Padahal tes swab mandiri berbahaya dilakukan sendiri karena berpotensi merusak rongga hidung.
Jubir Satgas Covid-19 Kota Kendari, dr.Algazali mengatakan melakukan tes swab sendiri tanpa dilakukan pendampingan oleh tenaga medis (nakes) berpotensi menimbulkan kerusakan permanen pada rongga hidung. Itu disebabkan oleh alat tes swab yang belum terjamin keasliannya. Selain itu, minimnya pengetahuan warga sebab ilmu anatomi hidung hanya bisa diperoleh di dunia kesehatan bukan otodidak. Apalagi melalui tutorial di medsos.
“Sangat bahaya dilakukan sendiri tanpa pengawasan dokter, analis, atau minimal diawasi oleh perawat. Perlu dingat rongga hidung terdiri dari lapisan kulit dalam yang sangat tipis dan sensitif sehingga ketika salah mendapat sentuhan maka mudah mengalami pendarahan bahkan bisa menyebabkan kerusakan permanen pada selaput rongga hidung. Ini sangat berhaya,” kata dr.Algazali kemarin.
Kondisi itu (kerusakan permanen) kata Algazli, berpotensi terjadi pada masyarakat yang melakukan (tes swab) sendiri. Apalagi alat (rapid test antigen) yang digunakan belum terdaftar resmi di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga tidak menjamin keamanan penggunaannya.
“Alat yang resmi tentu yang ada di rumah sakit atau klinik dan laboratorium yang ditunjuk oleh pemerintah dalam upaya percepatan penanganan Covid-19. Rata-rata layanan kesetan di Kendari sudah punya,” kata Algazali.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Kendari ini pun mengimbau kepada masyarakat yang ingin tes swab sebaiknya melakukannya di rumah sakit, puskesmas, dan layanan kesehatan resmi lainnya. Sementara tes swab mandiri bisa dilakukan dengan pendampingan tenaga kesehatan serta menggunakan alat yang sudah mendapat izin dari kemenkes.
“Alatnya bisa dicek infoalkes.kemenkes.go.id. Di situ semua ada daftar resmi alat kesehatan yang aman digunakan karena sudah diuji di Bagian Litbang Kemenkes,” kata dr.Algazali. (b/ags)