KENDARINEWS.COM — Presiden Jokowi menargetkan Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045 dengan pendapatan Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan. Amanah dan titah presiden itu ditunaikan Bupati Buton, La Bakry. Berbagai potensi kekayaan daerah dilirik La Bakry untuk menstimulus perekonomian daerah dan menyejahterakan masyarakat Buton.
Bukan saja potensi aspal yang diangkat ke pentas nasional. Bupati La Bakry kini sedang mengebut pengembangan komoditas kelapa dan pala demi menunaikan titah Presiden Jokowi menyongsong masyarakat Indonesia 2045 dengan pendapatan Rp 27 juta perkapita.
Pengembangan komoditas kelapa dan pala dipilih Bupati Buton La Bakry karena selaras dengan aktivitas sebagian masyarakat Buton yang berprofesi petani.
“Kelapa merupakan komoditas perkebunan yang hampir semua perangkat pohonnya, mulai dari buah, daun, akar, dan seterusnya bisa dimanfaatkan dan bernilai jual. Komoditas pala pun demikian. Potensi nilai ekonominya sangat tinggi. Berbuah setiap tahun tanpa mengenal musim,” kata La Bakry saat menjadi pembicara di kanal youtube Kendari Pos Channel lantai II Graha Pena Kendari Pos, Minggu (11/4) kemarin.
Salah satu keunggulan kelapa dan pala, kata dia, adalah tahan terhadap hama maupun jenis penyakit tanaman lainnya. Dua komoditas perkebunan itu memiliki imun yang kuat. Ketika petani menanam dan merawat dengan baik, maka selanjutnya tinggal menuai hasil. Begitu secara terus menerus. Kedua tanaman ini bersifat jangka panjang. Kelapa sekira 10 tahun sudah berbuah dan pala sekira 5 tahun.
“Tahun 2020, sekira 26 ribu bibit pala dan 10 ribu bibit kelapa telah disalurkan ke masyarakat. Tahun ini, bibitnya sedang dipersiapkan untuk penyaluran tahap kedua,” ungkap Bupati Buton La Bakry. Politisi Golkar itu bertutur, salah seorang warganya memiliki empat pohon pala. Mulai menanam tahun 2007. Tahun 2020, sudah berumur 13 tahun. Dari hasil panen setiap tahun, berhasil membiayai pendidikan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. Artinya, pala bukan lagi komoditas baru di kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat sudah menekuni perkebunan pala.
“Kini tinggal menstimulus lebih besar agar berkembang luas dan tinggi, demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan kemajuan daerah. Sasarannya seluruh penduduk terutama para petani yang jumlahnya sekira 80 persen dari total masyarakat Buton,” terang La Bakry.
Potensi lainnya adalah tambang aspal Buton. Yang diklaim 80 persen cadangan aspal terbesar di dunia. Koordinasi pengelolaan dan pengembangannya bersama pemerintah pusat telah tuntas. Sekira 50 persen pengunaannya didorong untuk kebutuhan dalam negeri. Sistem pengelolaan berbasis industri yang berpusat di Desa Lawele Kecamatan Lasalimu. Industri aspal tersebut akan menyerap ribuan tenaga kerja. Muaranya akan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.
“Kehadiran industri tambang akan beriringan muncul bisnis kuliner, pertanian, peternakan, perikanan, termasuk bisnis wisata. Dalam analisa ekonomi berbagai komponen tersebut, saling berkaitan satu sama lain. Artinya, satu siklus atau satu mata rantai yang koheren,” imbuh Bupati La Bakry.
Melalui kolaborasi potensi ekonomi tersebut, Bupati La Bakry optimistis, 10 tahun mendatang masyarakat Buton sudah bisa memperoleh pendapatan Rp27 juta per kapita. Tanpa harus menunggu sampai tahun 2045. Bupati La Bakry meyakini misi itu akan gemilang dicapai jika ada sinergi OPD, Forkopimda, DPRD, masyarakat, dukungan Pemprov Sultra dan pemerintah pusat. “Bersatu bahu membahu demi menyejahterakan masyarakat dan memajukan daerah,” tandasnya. (ali/c)