Perjuangan 3 Santri di Kolaka Meraih Juara MHQH Nasional, Mengulang Hafalan hingga Lima Juz Sehari

KENDARINEWS.COM — Dibalik gemerlap kesuksesan tiga santri remaja asal Kabupaten Kolaka meraih gelar juara, Nurul Iffah Khumaerah, Ahmad Faiz Fikri, dan Risthy Nabila ada tetesan keringat perjuangan. Kesuksesan yang diraih para penjaga firman Allah SWT dalam hafalan itu tidak secara instan.

Zulfadli Nur, Kolaka

Musabaqah Hafalan Al-Qur’an dan Hadits (MHQH) Amir Sultan bin Abdul Aziz Alu Su’ud tingkat Nasional ke-13 yang digelar di Jakarta sudah berlalu. Namun tak banyak yang tahu bagaimana perjuangan para penghafal Alquran, Nurul Iffah Khumaerah, Ahmad Faiz Fikri, dan Risthy Nabila meraih gelar juara. Publik hanya ikut bangga atas torehan prestasi mereka.

Ketiga remaja penjaga firman Allah SWT dalam hafalan itu mengaku termotivasi untuk menyebarkan syiar Islam. Dengan semangat itu, mereka berkompetisi dengan lebih 200 santri dari berbagai pondok tahfiz di 34 provinsi di Indonesia. Kendati sukses menjadi kampiun dalam kompetisi religi yang digelar Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi dan Kementrian Agama RI, ketiga remaja itu enggan jemawa.
“Senang dan bahagia sudah pasti, tapi prestasi itu jangan membuat kita menjadi sombong,” ujar Ahmad Faiz Fikri saat ditemui Kendari Pos.

Perjuangan ketiga santri yang kini menimba ilmu di Pondok Tahfidz Quran (PTQ) Al-Hudzaifiyyah Kolaka itu di kancah nasional tidaklah mudah. Sebab mereka harus bersaing dengan 200an santri lainnya yang berasal dari seluruh provinsi di Tanah Air. Terus belajar dan berdoa menjadi senjata ketiga santri berprestasi itu untuk berkompetisi di ajang nasinoal. Ahmad Faiz Fikri mengaku sempat grogi saat melihat saingannya dari provinsi lain tampil baik. “Ini adalah pengalaman pertama saya ikut lomba di level nasional. Jadi saya sempat grogi saat melihat peserta dari tuan rumah Jakarta tampil. Tapi saya berdoa agar tetap fokus saat tampil. Alhamdulillah saya bisa juara II,” tutur santir berusia 13 tahun itu.

Agar bisa tampil maksimal saat lomba, remaja yang karib disapa Faiz mengaku selalu rutin latihan memantapkan hafalannya. “Jadi sebelum berangkat, setiap hari saya murojaah atau mengulang hafalan itu sampai lima juz per hari,” cerita remaja yang berhasil menjadi juara II untuk kategori hafalan 15 juz putra pada MHQH Nasional tersebut.

Faiz mengungkapkan, salah satu alasan dirinya ingin menjadi penghafal Alquran yaitu karena dirinya ingin menyebarkan syiar Islam di nusantara. “Saya mau jadi ulama. Makanya saya berupaya menghafal Alquran. Alhamdulillah, setelah belajar sekitar dua tahun di PTQ Al-Hudzaifiyyah Kolaka ini saya bisa menghafal 30 juz,” tutur remaja yang bercita-cita kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Hasil membanggakan pada MHQH tingkat Nasional itu juga diraih oleh Nurul Iffah Khumaerah. Remaja 14 tahun tersebut bahkan berhasil menjadi juara I pada kategori hafalan 10 juz putri. Ia menyisihkan puluhan peserta lain termasuk wakil tuan rumah DKI Jakarta.

Sama seperti Faiz, Iffah sapaan akrab Nurul Iffah Khumaerah sempat grogi saat akan tampil di turnamen religi tersebut. Untung saja, ia bisa mengatasi perasaannya itu sehingga ia dapat tampil maksimal dan menjadi yang terbaik. “Saya juga sempat grogi. Tapi saya berdoa. Alhamdulillah saat tampil, saya tidak grogi lagi,” ujarnya. Remaja 14 tahun tersebut mengatakan, selain berdoa, dirinya juga telah berlatih untuk memantapkan hafalannya sebelum berangkat mengikuti lomba di Jakarta. “Saat di pondok, saya murojaah terus dan dibimbing sama ustadz saya setiap pagi,” kisahnya.

Iffah mengatakan, salah satu alasan dirinya ingin menjadi penghafal Alquran yaitu karena dirinya ingin melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar di Mesir. “Salah satu syarat masuk di perguruan tinggi tersebut yaitu harus bisa menghafal Alquran. Alhamdulilah sekarang saya sudah hafal 20 juz,” tutur remaja yang bercita-cita menjadi ustadzah.

Prestasi yang cukup membanggakan juga diraih oleh Risthy Nabila. Meski tidak masuk dalam tiga besar, namun remaja 15 tahun tersebut dinobatkan sebagai juara harapan I. “Alhamdulillah saya senang dengan hasil ini. Karena untuk menjadi juara itu kita bersaing dengan puluhan peserta dari berbagai provinsi,” tuturnya.

Perjuangan ketiga santri tersebut untuk meraih juara memang tidaklah mudah. Hal itu dibenarkan oleh Pembina PTQ Al-Hudzaifiyyah Kolaka, Baharuddin. Pria yang juga merupakan guru ketiga santri tersebut mengungkapkan, untuk mengikuti kompetisi nasional tersebut, para calon peserta terlebih dahulu harus melewati proses seleksi.

“Awalnya itu panitia Kedutaan Besar Arab Saudi mengirim surat ke Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag). Kemudian pihak Kemenag menghubungi santri yang beprestasi melalui pimpinan pondok. Adapun syarat utamanya, calon peserta yang didaftarkan itu harus memiliki sertifikat lomba, minimal tingkat provinsi. Alhamdulillah di pondok kami ini ada enam peserta yang lulus berkas dan menjadi peserta pada turnamen tersebut. Dari enam itu, tiga santri ini bisa juara dan mengharumkan nama Sultra di tingkat nasional,” tuturnya.

Atas prestasi yang diraih itu, pria yang karib disapa Ustadz Bahar tersebut mengatakan bahwa ketiga santrinya itu mendapat hadiah berupa uang tunai hingga puluhan juta rupiah. Ia berharap, prestasi yang diraih oleh ketiga santrinya tersebut dapat memotivasi santri lain untuk terus mengembangkan kemampuannya menguasai Alquran dan hadist. “Setiap tahun ada santri kami yang juara di ajang ini. Semoga ini bisa memotivasi yang lain sehingga generasi Qurani terus bertambah di Sultra, khususnya di Kabupaten Kolaka, “harapnya. (fad/b)

Tinggalkan Balasan