KENDARINEWS.COM — Untuk memenuhi kebutuhan pasar, Pemkot Kendari tak hanya fokus pada peningkatan produksi pertanian. Sejauh ini, Pemkot melalui Dinas Pertanian (Distan) Kota Kendari turut memberi perhatian terhadap peningkatan kapasitas kelompok tani. Melalui Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP), mereka diberi pembinaan dan pendampingan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari, Sitti Ganef mengatakan terus mendorong kapasitas kelompok tani melalui (KEP). Salah satunya Kelompok Tani Makmur Sejahtera di Kelurahan Mokoau. Produksi tanaman cabainya cukup berhasil. Selain dikonsumsi sendiri, sebagaian hasilnya dipasok di beberapa pasar tradisional di Kendari.
Dalam meningkatkan kemampuan petani, Distan menggandeng Universitas Halu Oleo (UHO). Tidak hanya dalam penanaman, petani diberikan pengetahuan tentang pengolahan cabai. Dengan begitu, cabai yang tidak sempat laku dipasar bisa diolah kembali dan bernilai ekonomis.
“Pembuatan produk olahan cabai dapat menjadi solusi mengatasi harga cabai yang fluktuatif dan menekan inflasi. Diharapkan kedepannya terjalin kerjasama yang baik dari pihak akademisi dalam memberdayakan petani dan kelembagaan petani di Kota Kendari,” kata Siti Ganef.
Ketua Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) UHO, Weka Gusmiarty Abdullah mengatakan pelatihan sengaja dilakukan pada kelompok tani makmur sejeahtera mengingat sebagian besar anggotanya menanam cabai di pekarangan. Hasilnya pun terbilang lumayan karena sekali panen bisa menghasilkan puluhan kilogram cabai dan selalu dipasok di beberapa pasar tradisional di Kendari.
Nah, guna lebih memberikan nilai tambah, pihaknya bersama Pemkot Kendari memberikan pelatihan cara mengolah abai menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis sehingga bisa menjadi alternatif sumber pendapatan baru masyarakat di masa pandemi Covid-19 misalnya dengan mengolah tanaman cabai menjadi bubuk cabai atau abon cabai.
“Kegiatan PKM ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap sosialisasi, penyuluhan, penentuan harga pokok produksi (HPP) dan harga jual, penentuan merk dan desain label kemasan, pelatihan pengemasan, pemasaran produk, pemberian bantuan peralatan, dan evaluasi kegiatan”, ungkap Weka Gusmiarty Abdullah.
Anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera, Ridho mengaku mendapatkan pengetahuan baru cara mengelola cabai menjadi sebuah produk yang bernilai jual tinggi. Pasalnya selama ini, hasil panen yang tidak terjual hanya dibiarkan membusuk.
“Sekarang saya sudah tahu cara mengolah cabai menjadi produk yang bisa dijual kepada masyarkat. Jadi kalau ada sisa yang tidak terjual akan saya manfaatkan. Biasanya yang ada 3 – 5 kg cabai yang tidak terjual karena kualitasnya sudah menurun dan itu saya buang. Padahal masih bisa dimanfaatkan jadi abon cabai dan capai kering kemasan,” kata Ridho. (b/ags)