KENDARINEWS.COM — Wajah Bungkutoko-Petoaha yang dulunya kumuh kini menjadi kawasan “emas”. Proyek penataan wilayah yang digagas Pemkot Kendari bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-PR) melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Tenggara (BPPW) Sultra benar-benar merubah kawasan ini. Tidak hanya terlihat lebih tertata dan menarik, wilayah ini secara perlahan mulai menjelma menjadi kawasan ekonomi baru.
Sejumlah proyek infrastruktur mulai terlihat. Mulai dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) Talia, taman Petoaha, dermaga, jogging track, dan Kampung Kerang. Fasilitas publik yang dibangun ini kini menjadi objek wisata baru. Tiap sore hingga malam, lokasi ini kerap dijadikan salah satu pilihan favorite warga Kota Kendari dan sekitarnya untuk bersantai. Selain bisa menikmati keindahan taman dan Teluk Kendari, mereka juga bisa mencicipi beragam kuliner.
Bukan hanya tempat wisata, warga juga bisa berolahraga. Sebab pemerintah turut membangunan track joging. Jangan heran, tidak sedikit warga melakukan aktifitas olahraga di kawasan ini baik pagi maupun sore hari. Pengembangan ini masih akan terus berlanjut. Pemkot telah menggagas kawasan ini sebagai pengembangan budi daya kerang. Untuk memperlancar mobilitas, pemerintah turut membuka akses jalan.
“Melihat potensi yang dimiliki Bungkutoko-Petoaha, kami terdorong merubahnya menjadi kawasan layak huni. Bahkan, menjadi spot wisata baru di Kota Kendari khususnya dan Sultra secara umum,” ungkap Sulkarnain Kadir, Wali Kota Kendari saat mendampingi rombongan Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI berkunjung di kawasan tersebut. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, penataan kawasan Bungkutoko – Petoaha di Kecamatan Abeli mengusung konsep pengembangan daerah tepian air. Berupa tepi pantai, sungai ataupun danau (Waterfront City). Dengan konsep itu, pihaknya yakin dapat mengubah wajah Bungkutoko-Petoaha menjadi lebih baik. Dan tentunya bisa menumbuhkan ekonomi baru sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat.

“Konsep ini adalah mengembangkan potensi sumber daya kawasan pesisir. Mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Air (SDA) hingga menjadi tempat wisata baru. Kita akan bangun tempat bersantai, wisata kuliner, ruang terbuka hijau, taman Petoaha, dermaga, jogging track, dan Kampung Kerang,” jelas suami Sri Lestari ini.
Progres proyek penataan kawasan Bungkutoko-Petoaha sudah mencapai 85 persen. Ditargetkan pembangunan dituntaskan November 2020. Dia merinci, khusus kawasan Bungkutoko, yang ditata luasnya 38,40 hektar. Secara fisik progresnya sudah mencapai 85 persen. Serapan anggarannya mencapai 80 persen. Adapun anggaran yang dikucurkan pemerintah sebesar Rp 23,26 miliar (sesuai isi kontrak).
Sementara untuk kawasan Petoaha lanjut Sulkarnain, luas penataannya sama dengan kawasan Bungkutoko yakni 38,40 hektar. Secara fisik progresnya sudah mencapai 85 persen. Serapan anggarannya sudah mencapai 80 persen dari anggaran Rp 16,67 miliar yang telah dianggarkan pemerintah melalui Program Kotaku. Penataan kawasan Bungkutoko-Petoaha dikemas dalam Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Program ini bekerja sama dengan Kementerian PUPR melalui BPPW Sultra. Dihadapan 13 anggota Komisi V DPR RI, Sulkarnain memaparkan progres Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Dirinya manfaatkan kunjungan Aleg Senayan itu untuk mendapatkan support program-program pembangunan ke depannya.
Kepala BPPW Sultra, Mustaba berjanji akan menyelesaikan pekerjaan kawasan kumuh di Bungkutoko dan Petoaha dengan sebaik-baiknya. “Kami terus bekerja dengan hati-hati. Pekerjaan ini sumber dananya dari World Bank. Kami upayakan, pekerjaan ini terus terkontrol. Harus dipastikan progres dan kualitasnya. Sesuai dengan rencana wali kota, ke depannya, kawasan ini akan menjadi lokasi wisata kuliner,” kata Mustaba. Anggota Komisi V DPR RI, Ridwan Bae mengaku takjub dengan perubahan yang terjadi di kawasan Bungkutoko dan Petoaha. Menurutnya, telah terjadi sebuah gebrakan spektakuler dari Pemkot dan BPPW Sultra. Bisa mengubah sebuah kawasan yang dahulunya kumuh menjadi sebuah kawasan wisata.
“Gebrakan Pemkot dan balai patut diapresiasi. Ini patut dicontoh dan diduplikasi daerah lain. Supaya daerah kita bisa maju dan setara daerah lain di Indonesia,” kata Ridwan. Dirinya berharap, setiap orang dan kelompok yang mengajukan pembangunan perumahan di kota ini harus memikirkan drainasenya. “Saya berharap, wali kota mengambil langkah-langkah agar tidak terjadi dampak lingkungan dari kekumuhan,” imbuhnya. (b/adv/ags)
Infografis :
Gebrakan Cerdas Pemkot Kendari
-Poles Kawasan Kumuh jadi Spot Wisata
-Buka Ruang Perekonomian Baru
-Ditata jadi Kawasan Layak Huni
Kawasan “Emas” Bungkutoko-Petoaha
-Bangun Fasilitas Bersantai
-Lokasi Wisata Kuliner
-Ruang Terbuka Hijau
-Taman Petoaha
-Dermaga
-Jogging Track
-Kampung Kerang
Konsep Pembangunan Kawasan
-Usung Konsep Pengembangan Daerah Tepian Air
-Berupa Tepi Pantai, Sungai ataupun Danau
-Kembangkan Potensi Sumber Daya Kawasan Pesisir
Progres Penataan Kawasan
- Kawasan Bungkutoko
-Luas Areal yang Ditata 38,40 hektar
-Progres Fisik 85 Persen
-Serapan Anggaran 80 Persen
-Anggaran Dikucurkan Rp 23,26 miliar
-Ditarget Tuntas November 2020 - Kawasan Petoaha
-Luas Areal yang Ditata 38,40 hektar
-Progres Fisik 85 Persen
-Serapan Anggaran 80 Persen
-Anggaran Dikucurkan Rp 16,67 Miliar