KENDARINEWS.COM—Pakande-kandea adalah tradisi asli budaya Buton. Kande-kandea berupa pesta adat makan bersama yang bertujuan untuk menyambut tamu.
Tradisi yang juga disebut dengan kande-kandea kabolosi ini merupakan sebuah permainan rakyat yang terikat adat serta memiliki norma tertentu yang hingga saat ini masih dijalankan dalam kehidupan masyarakat Buton.
Selain acara makan bersama, tradisi ini juga melibatkan unsur hiburan dan ritual, serta terdapat interaksi sosial, politik, dan budaya di dalamnya.
Tradisi kande-kandea melambangkan kesatuan mistis dan sosial masyarakatnya, dengan cara menghadirkan arwah-arwah leluhur di tengah-tengah mereka. Pada tradisi ini juga terdapat nilai-nilai kebudayaan seperti:
- Pobhinci-bhinciki kuli (Arti harafiah saling mencubit)
- Poma-masiaka (saling menyayangi)
- Popia-piara (saling menjaga)
- Pomae-maeaka (saling menanggung rasa malu),
- Poangka-angkataka (saling menghormati) dan
- Silaturahmi
Dan pada 20 Oktober tahun 2019 tradisi Pakande-kande memecahkan rekor dengan “Sajian Pekande-kandea pertama mengelilingi Benteng” oleh Museum Rekor Dunia-Indonesia. Acara ini dilaksanakan sebagai bagian dari Festival Keraton dan Masyarakat Adat ASEAN (FKMA) ke VI-Polima.
Acara kande-kandea yang digelar usai perayaan Hari Raya Idul Fitri biasanya sepuluh hari setelah lebaran, merupakan adat istiadat masyarakat Buton yang rutin setiap tahun dilaksanakan
Di acara ini, disajikan puluhan talang makanan (nampan berisi makanan) yang dijaga gadis Suku Buton berpakaian adat Buton lengkap dengan riasannya. Mereka nantinya yang akan menyuapi para tamu yang hadir.
Tradisi ini sudah menjadi ikon dan festival budaya Buton setiap tahunnya yang hingga kini masih terjaga. Saat festival, masyarakat Buton maupun wisatawan dalam dan luar negeri biasanya akan berbondong-bondong untuk menghadiri tradisi makan bersama ini.
Dia menambahkan, pelaksanaan Kande-kandea merupakan wahana pelestarian kebudayaan yang perlu diwariskan dan diajarkan kepada setiap generasi. Hal ini tentunya seiring dan seirama dengan agenda pengembangan daerah yang menggenjot pariwisata dan UMKM sebagai sektor unggulan
Acara Kande-kandea diadakan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri, dengan tujuan sebagai ajang silaturahmi dan ungkapan rasa syukur atas karunia dari Allah SWT kepada masyarakat dalam berbagai segi kehidupan. Foto: Wa Ode Ria Ika Hasana/Telisik
Tradisi Kande-kandea saat ini sudah masuk dalam 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2023.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Belli Tombili sangat berterima kasih kepada Kemenparekraf RI yang telah memberikan kepercayaan kepada Sulawesi Tenggara sehingga salah satu event-nya terpilih dalam 110 Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak tahun 2023.
Dalam pelaksanaannya tradisi Kande-kandea selalu ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah, bukan saja warga Buton tetapi wisatawan mancannegara serta masyarakat dari pulau sebelah seperti Muna, Bombana banyak yang datang untuk menyaksikan tradisi ini.
Tak terkecuali pedagang yang mengais rejeki di perhelatan budaya tahunan di Buton, sehingga roda ekonomi otomatis meningkat (adv/kn)