KENDARINEWS.COM — Ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengintai. Memasuki Januari, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sultra mencatat 12 kasus baru di Kota Kendari. Jumlah ini diperkirakan lebih besar. Pasalnya, kasus DBD bulan ini baru akan direkap Dinkes Kabupaten/Kota pada Februari mendatang.
Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinkes Sultra, dr Muhammad Ridwan mengatakan peningkatan kasus DBD terjadi di musim pancaroba berkisar sejak Desember. Ia memprediski penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini akan bertambah hingga Mei mendatang.
“Kemungkinan akan terjadi peningkatan kasus DBD hingga Mei 2022. Untuk mengantisipasi penyebarannya, kami mengimbau masyarakat menggalakkan gerakapan 3M yakni menutup, menguras dan mengubur barang bekas. Di sisi lain, Dinkes di daerah kian masih menyosialisasikan tentang bahaya DBD,” kata dr Muhammad Ridwan kepada Kendari Pos kemarin.
Berdasarkan data, kasus DBD terbanyak di Kota Kendari sebanyak 211 kasus. Dari jumlah itu, empat diantaranya meninggal dunia. Kolaka juga tercatat sebagai penyumbang DBD sebanyak 116 kasus disusul Baubau 96 kasus, Konawe Selatan (Konsel) 37 kasus dan Konawe 35 kasus.
“Selain Kendari, Baubau dan Konsel juga mencatat 1 kasus meninggal dunia karena BDB. Sementara Konawe, ada 2 kasus meninggal dunia. Kalau sudah ada kasus, biasanya langsung direspon kabupaten/kota. Salah satunya dengan melakukan fogging,” ujar mantan Direktur RSJ ini.
Kepala Dinkes Kota Kendari, drg. Rahminingrum tak menampik jika DBD masih menjadi ancaman serius bagi warga. Bahayanya sama dengan virus Covid-19. “Masyarakat harus lebih waspada,” ujarnya kemarin.
Ia menjelaskan, penyebab utama penyebaran virus DBD dikarenakan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Saat ini, perkembangan nyamuk jenis tersebut sangat baik karena didukung kondisi cuaca yang kurang bersahabat. “Awalnya satu orang yang digigit (nyamuk) dan terpapar. Tapi karena virus, penyakitnya bisa menular ke orang lain,” kata Rahminingrum.
Untuk mencegah penularan DBD, Rahminingrum meminta masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dengan menerapkan perilaku 3M yakni rajin menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas (sampah).
“Itu penting dilakukan untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegyti. Jika didalam satu keluarga misalnya sudah ada yang terpapar DBD maka segera dibawa kerumah sakit agar tidak menulari anggota keluarga yang lain,” jelasnya. (b/m2/ags)
Daerah Kasus DBD Tertinggi
Kendari 211 Kasus 4 Meninggal Dunia
Kolaka 116 Kasus –
Baubau 96 Kasus 1 Meninggal Dunia
Konsel 37 Kasus 1 Meninggal Dunia
Konawe 35 Kasus 2 Meninggal Dunia
DBD di Kota Kendari
Baruga 46 Kasus
Kadia 37 Kasus
Puuwatu 33 Kasus
Kendari Barat 33 Kasus
Nambo 2 Kasus
Kasus Kematian DBD
2016 7 Kasus
2017 2 Kasus
2018 2 Kasus
2019 2 Kasus
2020 6 Kasus
2021 4 Kasus
Sumber Data Dinkes Sultra dan Kota Kendari
Data Diolah Kendari News