Hemat Ali Mazi, Jakarta sudah terlalu sesak dan diselimuti problematika kehidupan yang kompleks. “Di Jakarta saat ini macet, polusi udara dan lain sebagainya. Itu masalahnya sudah lama. Kini sudah diputuskan (pemindahan ibu kota negara), maka tugas kita adalah mendukung, “jelasnya.
Ali Mazi optimistis jika ibu kota baru itu akan membuat warga Sultra yang berkunjung ke sana lebih nyaman. Sebab udara lebih segar dan bebas macet. Meski diyakini pemindahan ibu kota akan berdampak positif bagi Sultra, namun tidak begitu memengaruhi secara mendalam dari aspek pendidikan di Sultra.
Dari sisi ekonomi, pemindahan ibu kota negara dapat menopang ekonomi Sultra. Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHO, Prof. Dr. Muhammad Syarif, MS mengungkapkan pemindahan ibu kota berdampak pada kondisi ekonomi di Sulawesi, termasuk Sultra. Dia meyakini akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan tengah dan timur Indonesia. Sumbernya berasal dari pelaksanaan pembangunan kota yang akan berlangsung terus-menerus sejak 2020 hingga empat tahun kemudian.Terlebih, Kaltim berada tepat di tengah-tengah Indonesia.
“Dampak ekonominya ke timur juga. Suplai bahan bangunan dan batu Kaltim kualitasnya sangat bagus,” ujar guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHO itu.
Pakar ekonomi Sultra lainnya, Dr.Syamsir Nur mengatakan, pemindahan ibu kota bisa berdampak positif atau sebaliknya. Kemungkinan positifnya, bisa menciptakan pembangunan merata dan mengurangi ketimpangan antara kawasan timur dan barat Indonesia. Doktor jebolan Universitas Brawijaya Malang itu menyebut, secara sektoral, sektor-sektor ekonomi yang bersifat nontradable goods (barang-barang di sektor industri dan jasa) di Kaltim akan tumbuh karena pembangunan infrastruktur.
Output di bidang administrasi, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi dipastikan meningkat.Namun, Syamsir Nur khawatir jika sektor berbasis
sumber daya alam (tradable goods) mengalami penurunan. Bisa terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan inflasi. Sebab, karakteristik kawasan timur sebagian besar kegiatan ekonominya masih bergantung pada sumber daya alam. Secara regional, bisa saja menguntungkan Kaltim tapi belum tentu mengurangi ketimpangan di daerah lain termasuk Sultra. Sebab, konektivitas antar daerah di Indonesia saat ini belum terbangun. Maka, pekerjaan besar yang harus diselesaikan adalah menciptakan konektivitas antar daerah.