Kendarinews.com – Kinerja Seratus hari pertama pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andi Sumangerukka dan Hugua, menuai penilaian cukup baik dari masyarakat.
Kendati demikian di balik angka kepuasan yang lumayan tinggi, tersimpan tantangan besar: mayoritas warga Sultra ternyata masih belum tahu isi program-program prioritas yang dijanjikan duet Andi-Hugua.
Fakta itu terungkap dalam survei independen yang dilakukan oleh Jurnal Survei Independen (JSI) Sultra, yang dirilis Sabtu sore (14/6) di Kendari. Survei yang dilakukan pada Mei 2025 ini mencatat tingkat kepuasan masyarakat berada pada angka 77,45 dari skala 100, yang dikategorikan “cukup baik” menurut standar Permen PAN-RB No. 14 Tahun 2017.
Dari data hasil survei, hanya 8% responden yang mengaku sangat mengetahui 39 program prioritas Andi-Hugua. Lebih dari 73% menyatakan tidak tahu atau kurang tahu, menandakan bahwa program-program unggulan Pemprov belum sepenuhnya menyentuh ruang kesadaran publik.
Direktur JSI Sultra, Dr. Sumadi Dila, menyatakan, Kinerja 100 hari pasangan ASR-Hugua tidaklah buruk.
“Kinerja 100 hari pasangan ASR-Hugua tidak buruk, tapi komunikasi pemerintah belum menyentuh publik secara merata,” katanya.
Ia menegaskan bahwa survei dilakukan secara independen, tanpa intervensi politik maupun sponsor ekonomi.
Survei itu melibatkan 1.200 responden dari 17 kabupaten/kota dan 222 kecamatan ini menggunakan metode multi-stage random sampling, dengan margin of error ±2,8% dan tingkat kepercayaan 95%.
Menariknya, 71,92% responden mengaku lebih banyak mendapatkan informasi terkait program pemerintah dari media sosial dan kabar tidak langsung—bukan dari saluran resmi. Hal ini memicu bias persepsi publik dan berisiko menyebarkan informasi keliru terkait kebijakan pemerintah.
Dari sembilan variabel yang diuji, dua aspek tertinggi nilainya adalah transparansi dan partisipasi warga, masing-masing meraih skor 78,14. Artinya, masyarakat mulai melihat adanya upaya terbuka dari pemerintah. Namun, upaya ini belum diimbangi dengan distribusi informasi yang memadai dan terarah.
Kelompok usia 17–25 tahun mendominasi survei (62%), dengan latar pendidikan Sarjana/Diploma (65,5%).
“Kelompok ini aktif di media sosial dan menjadi corong kritik konstruktif, baik melalui unggahan digital maupun partisipasi dalam diskusi kelompok terarah (FGD).” papar Dosen Fisip UHO ini
Ditambahkannya bahwa, sebanyak 71,5% responden menilai perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap program 100 hari, terutama dari sisi sosialisasi, kejelasan pelaksanaan, dan akurasi sasaran. Ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat tak hanya menunggu kerja nyata, tapi juga komunikasi yang jelas dan jangkauan informasi yang merata.
JSI Sultra kemudian merekomendasikan enam langkah strategis yang perlu segera dilakukan oleh Pemprov Sultra agar program prioritas bisa benar-benar dapat menyentuh masyarakat secara keseluruhan.
” Enam langkah diantaranya menyusun blueprint program yang rinci dan mudah dipahami serta melakukan evaluasi berkala dengan indikator dan target yang jelas,” pungkasnya. (Kn)