Jamaah Haji Indonesia Sempat Kesulitan Masuk Masjidilharam, Ada Apa?

Kendarinews.com — Dua hari jelang pelaksanaan ibadah fase puncak haji di Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina) pada Sabtu (15/6), belum semua calon jamaah haji (CJH) Indonesia memiliki smart card atau kartu nusuk.

Sekitar 12 persen dari 241 ribu CJH Indonesia (atau 29 ribu orang) masih belum menerima kartu khusus yang menjadi “tiket” untuk bisa masuk ke Kawasan Armuzna.

Situasi ini mendapat atensi dari Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas. Saat meninjau tenda-tenda CJH Indonesia di Mina, Yaqut bersama anggota Amirul Hajj, Alissa Wahid, membahas khusus masalah ini dengan mashariq (penyedia paket layanan haji yang ditunjuk Arab Saudi).

Tokoh kelahiran Rembang itu meminta pihak mashariq agar seluruh smart card sudah terdistribusi kepada CJH yang belum menerima. Paling lambat H-1 jelang pelaksanaan wukuf pada awal puncak haji di Arafah. ”Mengingat hal ini bisa menimbulkan masalah,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Yaqut mengklarifikasi pemicu belum selesainya kartu yang juga dikenal dengan nama kartu nusuk itu.

Pihak mashariq menyebut, hal itu disebabkan adanya sejumlah kendala di balik proses pencetakan kartu nusuk. ”Untuk diketahui, produksi smart card itu dilakukan oleh perusahaan penyedia,” kata perwakilan Mashariq, Amin Indragiri.

Namun, Amin berjanji akan mengupayakan agar seluruh smart card sudah bisa terdistribusi kepada semua CJH Indonesia sebelum pelaksanaan ibadah puncak haji berlangsung.

Sementara itu, anggota Amirul Hajj, Alissa Wahid, menceritakan bahwa belum tuntasnya distribusi kartu nusuk membawa dampak negatif bagi CJH Indonesia, terutama yang belum memilikinya.

Sebab, ternyata kartu nusuk tidak hanya diperlukan saat pelaksanaan ibadah puncak haji di Armuzna. Tapi juga saat melaksanakan kegiatan di Masjidil Haram.

”Banyak jamaah Indonesia yang sempat berurusan dengan pihak keamanan karena saat diminta kartu nusuknya, tapi tak bisa menujukkan. Akibatnya, mereka tak bisa masuk masjid,” katanya.

Karena itu, dia meminta kepada mashariq untuk benar-benar memperhatikan masalah ini.
Seperti diketahui, pada musim haji tahun ini, jamaah haji dari seluruh negara di dunia, termasuk CJH Indonesia, wajib memiliki smart card.

Kartu ini jadi “tiket masuk” menuju Armuzna. Kartu ini merupakan buntut kebijakan Arab Saudi untuk memblokade jamaah tanpa visa haji masuk Makkah maupun Armuzna.

Akibat kebijakan smart card ini, skema pemberangkatan CJH dari hotel menginap ke Armuzna berubah. Di mana, saat hendak naik bus yang mengantar ke Arafah, setiap jamaah akan diperiksa dan di-scan dulu kartunya oleh petugas dari masyariq. Jika lolos, dia bisa masuk bus. Jika tidak, maka keberangkatannya ditunda sementara.

Sebelumnya, Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan skenario jika jamaah belum memperoleh smart hingga pemberangkatan menuju Arafah pada 8 Dzulhijjah atau Jumat (14/6) besok.

”Jamaah yang belum dapat smart card, maka keberangkatannya ditunda sampai dapat kartu. Lalu diikutkan keberangkatan berikutnya. Insya Allah waktunya masih sangat cukup,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subhan Cholid.(jpg/kn)

Tinggalkan Balasan