KENDARINEWS.COM — Archi Indonesia, lembaga riset dan strategi telah melakukan potret peta perpolitikan di Sultra. Berdasarkan hasil riset, Archi menabalkan empat figur dengan tingkat dukungan masyarakat tertinggi di Pilgub Sultra 2024 mendatang. Mereka adalah Mantan Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas (Ketua DPD PDIP Sultra), mantan Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, anggota DPR RI Rusda Mahmud (mantan bupati Kolaka Utara) dan Ketua DPW PPP Sultra Andi Sumangerukka.
CEO Archi, Mukhardis Hadi, mengatakan survei dilakukan sampling secara random dengan 800 responden yang tersebar di 17 kabupaten/kota di Sultra. Selain empat nama yang berada di papan atas potensi berlaga dan menang Pilgub, ia mengatakan nama lain juga mencuat, meski tak begitu signifikan. Mereka adalah Ruksamin (bupati Konawe Utara), Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Shaleh, serta tiga anggota DPR RI asal Sultra yakni Tina Nur Alam, Hugua dan Ridwan Bae.
Periode survei dilakukan selama 8-13 Januari dengan margin eror 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Menurutnya, suara yang diperoleh saat Pilcaleg, tak menjadi penentu dan pengaruh yang signifikan bagi Pilgub. Pilcaleg dan Pilgub, dua hajatan yang berbeda dalam menggaet pemilih.
Katanya, empat figur bakal calon gubernur yang berdasarkan hasil survei berada di papan atas , masih bisa berubah. Sebab masih ada waktu lebih dari sembilan bulan bagi figur yang punya keinginan tarung Pilgub untuk melakukan perubahan, sebab Pilkada akan berlangsung November 2024 mendatang, sesuai putusan KPU nomor 2 tahun 2024 tentang tahapan Pilgub, Pilwali dan Pilbup.Ia menambahkan Pilgub Sultra bisa lebih berwarna bila ada figur yang berani melakukan kampanye ke luar dari metode yang lazim digunakan selama ini di Sultra. Tentu, itu bisa menjadi langkah baru dengan biaya yang minim untuk memenangkan pertarungan, mengingat wilayah Sultra yang luas untuk menemui dan menarik simpati masyarakat. “Pertanyannya, siapakah sosok yang berani melakukan itu. Di tengah, situasi politik Sultra masih dipenuhi wajah-wajah lama dengan praktek politik yang klasik,” pungkasnya. (ris)