SMAN 4 Kendari Merajut Kebhinekaan Cegah Perundungan

KENDARINEWS.COM — Penerapan kurikulum Merdeka Belajar dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) terus diaplikasikan para naradidik di SMAN 4 Kendari. Terbaru, pihak sekolah melaksanakan Gelar Karya P5 bertema “Bangunlah Jiwa dan Raganya” untuk merajut kebhinekaan dan menghentikan perundungan (bullying), khususnya di lingkungan satuan pendidikan.

Kepala SMAN 4 Kendari Liyu, S.Pd., M.Pd., menjelaskan, dalam kegiatan tersebut juga sekaligus dicetuskan deklarasi oleh seluruh siswa dan disaksikan orang tua, komite sekolah dan para undangan. Ia mengaku, kegiatan tersebut merupakan hal positif dalam penerapan kurikulum merdeka. “Agar semua bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa kita bersaudara dimanapun berada, dalam satu bingkai Indonesia. Dengan jumlah siswa 1.763 dan terbesar di Sultra, tidak boleh ada bullying di sekolah ini,” tegas Liyu, Selasa (07/11/2023).

Suasana gelar karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang ditampilkan para siswa dari tiap kelas, dengan tema, “Rajut Kebhinekaan dengan Stop Bullying di pelataran SMAN 4 Kendari Selasa (7/11).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra), Yusmin S.Pd., MH., yang hadir dan membuka event tersebut memberikan apresiasinya. Ia berpandangan, dengan gelar karya, para siswa SMAN 4 Kendari semakin sadar jika bullying atau perundungan dalam bentuk apapun tidak boleh lagi terjadi. “Dengan kebersamaan dalam gelar karya ini akan muncul kegotongroyongan antar anak-anak dan tidak ada perbedaan agama, suku dan bahasa. Sehingga para siswa betul-betul bisa merajut kebhinekaan. Saya memberikan apresiasi kepada guru-guru SMAN 4 Kendari khususnya panitia yang mulai mendorong terciptanya siswa yang berprofil Pancasila,” sanjung Yusmin.

Ditegaskannya, sekolah ramah anak perlu diterapkan karena lingkungan tersebut menjadi tempat yang rentan terhadap praktik bullying. Para pendidik harus bisa berperan untuk mencegahnya dengan menerapkan nilai-nilai persahabatan agar diantara siswa, dapat saling menghargai. Yusmin mengaku sudah menginstruksikan seluruh pihak sekolah membentuk tim anti kekerasan dengan melibatkan orang tua siswa, guru-guru dan stakeholder lainnya. “Saya juga tegaskan, supaya jangan memasukkan guru dan orang tua yang pernah melakukan tindak kekerasan di dalam tim ini,” tandas Yusmin. (b/win)

Tinggalkan Balasan