35 Jemaah Haji Wafat, Mayoritas Punya Komorbid

KENDARINEWS.COM — Di jalur menuju jamarat atau tempat melontar jumrah serta jalan kembali ke tenda di Mina, tidak sedikit jemaah Indonesia yang kelelahan dan berjalan tertatih-tatih. Namun, gerak tim kesehatan tidak bisa sepenuhnya leluasa.

Menteri Agama yang juga Amirulhaj Indonesia Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, ada aturan yang sedikit menghambat pergerakan petugas. Misalnya, kursi roda kosong tidak boleh masuk ke terowongan di jalur menuju jamarat. ”Ini menghambat pergerakan pelayanan kesehatan. Tapi, teman-teman kesehatan mengakali, membawa kursi roda yang diisi beberapa barang supaya bisa masuk,” katanya.

Selain itu, tidak banyak waktu bagi petugas untuk mengevakuasi jemaah. Askar atau petugas keamanan Saudi akan meminta bergerak cepat karena arus jemaah yang terus mengalir dari ataupun menuju jamarat.

Meski begitu, lanjut Yaqut, tenaga kesehatan dan petugas haji mampu mengatasi kendala-kendala di lapangan tersebut. ”Kerja teman-teman tenaga kesehatan luar biasa, sangat membantu jemaah,” ucapnya. Menurut Yaqut, kesigapan petugas kesehatan menjadi salah satu kunci sukses pelayanan jemaah haji.

Sementara itu, hingga hari ke-37 penyelenggaraan haji kemarin (10/7), jumlah jemaah Indonesia yang wafat berjumlah 35 orang. Mayoritas jemaah yang wafat memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengungkapkan, faktor kelelahan diduga sebagai pemicu kambuhnya penyakit jemaah lansia dan memiliki komorbid. Terutama pada jemaah yang memiliki penyakit jantung. ”Ada enam jemaah kita yang meninggal disebabkan kelelahan dan dehidrasi yang menyebabkan penyakit jantung lebih berat,” ungkapnya.

Dalam prosesi lontar jumrah, jemaah yang mendapatkan perawatan di Pos Kesehatan Mina penyebab terbanyaknya adalah kelelahan dan dehidrasi. ”Hari ini (kemarin, Red) saja ada 62 jemaah yang dirawat,” imbuhnya.

Budi menyatakan, pihaknya memperkuat pelayanan kesehatan di sepanjang jalur jamarat. Selain itu, ada Pos Kesehatan Mina dan delapan pos kesehatan satelit di jalur atas dan bawah jalur jamarat. Penambahan penugasan personel emergency medical team (EMT) juga dilakukan.

Sebanyak 20 orang personel EMT mobile yang terbagi dalam lima tim akan bertugas di sepanjang Terowongan Mina. Tim akan dibekali dengan kursi roda, air, oralit, dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya. ”Tim untuk menolong jemaah yang kelelahan di tengah perjalanan jamarat,” katanya.

Terpisah, Plh Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Wawan Djunaedi menyatakan, jemaah yang mengambil nafar awal akan mabit (bermalam) di Mina sampai 12 Zulhijah (11 Juli). Sedangkan bagi jemaah yang nafat tsani, mabit di Mina hingga 13 Zulhijah (12 Juli).

Selama mabit di Mina, jemaah menjalankan wajib haji berupa melontar jumrah aqobah, ula, dan wusto. ”Agar jemaah melontar sesuai waktu dan jalurnya,” kata Wawan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. Dia menjelaskan, jadwal sekaligus jalur melontar jumrah sudah dibagikan di tiap-tiap kloter.

Jemaah juga diimbau untuk menghindari melontar jumrah pada cuaca yang sangat panas. Kemudian menghindari melontar jumrah dalam keadaan yang berdesak-desakan. Jemaah yang sakit dianjurkan untuk mewakilkan melontar jumrahnya. ”Jemaah diharapkan lebih bijak, mengutamakan kesehatan dan keselamatannya,” tutur dia.

Pada kesempatan lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat turut mendoakan para jemaah haji di Tanah Suci. ”Semoga saudara-saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji diberi keselamatan, kesehatan, kesabaran, dan nanti sampai ke tanah air semuanya dalam keadaan selamat,” ujarnya. Jokowi juga berdoa agar seluruh jemaah membawa haji yang mabrur. (jpg)

Tinggalkan Balasan