Perjuangan La Bakry, Loby Pusat hingga Resmikan Pasar Tradisional Waoleona

KENDARINEWS.COM — Setelah Puskesmas Waoleona yang resmi difungsikan awal bulan Maret lalu, 1 April kemarin, Bupati Buton La Bakry didampingi ketua PKK Kabupaten Buton Delya Montolalu kembali ke Desa Waoleona kecamatan Lasalimu. Kehadiran rombongan Buton-1 itu kali ini untuk meresmikan infrastruktur publik lainnya yakni Pasar Tradisional Waoleona pada Jumat (1/4).

Bupati Buton, La Bakry mengaku bersyukur sebab janjinya untuk masyarakat Waoleona akhirnya bisa dipenuhi. Pasar itu tentunya bangunan yang sangat dibutuhkan karena selama ini mereka belum memiliki pusat perkulakan seperti desa-desa lainnya.

“Ini salah satu bukti bahwa kalau pemerintah mendapat dukungan dari masyarakat, membangun itu tak akan sulit, ada lahan dari masyarakat, pemerintah turunkan anggarannya,” katanya.

Lanjut dia tidak sedikit pembangunan yang kerap terkendala karena urusan lahan. Salah satu contohnya proyek strategis pembangunan jalan Kabunga-Lawele yang kini tersendat karena masalah klaim lahan oleh pihak tertentu.

“Untungnya di Desa Waoleona ini ada warga yang hibahkan lahannya, seperti inilah tentu yang akan sangat membantu rencana program pemerintah daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” tambahnya.

La Bakry mengusulkan agar penempatan para pedagang yang akan memanfaatkan pasar itu harus di undi. Sebab jika tidak maka akan terjadi perebutan posisi strategis oleh pedagang.

“Apapun hasil undinya, tolong diterima sebagai nasib. Yang terpenting kan ada tempat. Tolong juga disiapkan area parkir, dipagar juga nanti, supaya aman dan nyaman,” sarannya.

Terakhir, La Bakry menghimbau agar aset bersama dijaga dan dipelihara. Terutama soal kebersihannya. “Sampahnya harus diurus dengan baik, nanti jadi sumber pencemaran nanti malah buat kita tidak nyaman dan terganggu,” pungkasnya.

Kepala Dinas Perdagangan, Safaruddin juga mengaku bersyukur. Sebab, sebelum bangunan itu didirikan ada proses panjang yang terjadi. “Panjang prosesnya, karena ini program pusat yang didatangkan ke desa,” katanya.

Lanjut dia, hadirnya Pasar Waoleona itu merupakan buah kerja keras Bupati La Bakry mulai dari pengusulan, pengawalan hingga realisasi program.
“Dan ini juga semua tidak terlepas dari perjuangan Bupati Buton La Bakry di Kementrian Perdagangan sehingga Pasar Desa Waoleona ini bisa terwujud,” terangnya.

Berkat loby bupati La Bakry lanjut Safaruddin, maka Kementrian Perdagangan menurunkan anggaran pada tahun 2021 kemarin. “Dan alhamdulillah penyelesaian pembangunannya tepat waktu pada Desember 2021,” ujarnya.

Dirincinya, Pasar Waoleona memiliki 7 kios, 84 los lapak, 2 toilet, ruangan kantor pengelola pasar, serta 1 ruangan pendingin. Sementara untuk air bersih dan listrik sudah bekerja sama langsung dengan pemerintah desa. “Seperti pesan bupati tadi, mari kita jaga bersama semua fasilitas ini,” imbaunya.

Ke depan, pasar Waoleona tidak hanya menjadi lokasi bertransaksi jual beli masyarakat. Menurutnya, pasar itu bisa dikembangkan sebagai rest area bagi pengguna jasa angkutan antara Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Utara

“Kita usulkan juga untuk di gunakan pada Desa Waoleona ini demi meningkatkan PAD Desa Waoleona,” tutupnya.

Di tempat yang sama, Camat Lasalimu La Ode Zahaba mengaku jika Ia tahu betul proses dan perjuangan pembangunan pasar. Mulai dari pemilihan lahan hingga perjuangan mendapat restu bupati. Sebab saat itu Ia diamanahi sebagai Plt. Kepala Desa Waoleona pada 5 Mei 2020 lalu.
“Rencana pemerintah ada dua lokasi, Desa Bukit Asri dan Waoleona. Kita berusaha lebih siap, dan akhirnya pa bupati memilih kita,” terangnya.

Potensi Waoleona kata dia memang menjanjikan. Karena merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Buton Utara. “Ini bukti bahwa bupati sangat peduli,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Camat Zahaba juga mengusulkan agar pemerintah dapat membangun tambatan perahu. Tujuannya masyarakat Bajo dapat dengan mudah berlabuh untuk melakukan aktivitas di pasar Waoleona.

“Berharap agar dibuatkan juga tambatan perahu di depan pasar agar masyarakat bajo yang ada di Desa Benteng bisa datang menjual hasil tangkapannya,” usulnya. (elyn/adv)

Tinggalkan Balasan