KENDARINEWS.COM — Gubernur Sultra, Ali Mazi meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lebih kreatif di masa pandemi corona. Kondisi yang penuh keterbatasan harus bisa disiasati dengan menghadirkan inovasi. Terutama terobosan-terobosan yang bisa mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Jadi berbicara OPD memang kita beragam karakter dan watak. Tapi bagaimana menyatukan itu, berpikir cerdas guna bersama-sama membangun daerah. Selain itu terus tingkatkan motivasi, buat terobosan untuk meningkatkan PAD kita. Sehingga walaupun di tengah pandemi kita tidak terpuruk,” tegasnya.
Ia lalu memberi contoh yang dilakukan Dinas ESDM Sultra. Meski di tengah pandemi, Lab ESDM bisa meningkatan PAD. “Jadi hal-hal seperti ini akan terus kami dukung. Semua inovasi untuk kemajuan daerah akan menjadi prioritas kita semua dan prioritas bersama,” tukasnya
Kepala Bidang (Kabid) Dinas ESDM Sultra, Yusmin mengatakan sampai kini sumbangsih PAD Lab Dinas ESDM sekira Rp 1,8 miliar. Hasil PAD tersebut berdasarkan inovasi yang coba dibangun oleh Dinas ESDM yakni membeli alat untuk menguji kadar materi dan kandungan nikel oleh pertambangan di Sultra.
“Awalnya, kami berfikit bagaimana sektor tambang ini bisa menghasilkan uang kepada daerah. Kebetulan kita punya celah. Jadi, kami bicara dengan DPRD Sultra untuk pengadaan alat tersebut, harganya hanya Rp 2,4 miliar. Baru dua bulan berjalan, saat ini sudah menghasilkan Rp 1,8 miliar,” bebernya. PAD kata dia, baru terhitung sejak 2 September 2020 per 9 November 2020. Bahkan berdasarkan data yang ada untuk 10 November 2020 kisaran sudah diangka Rp 50 juta. Jadi PAD dengan nilai fantastis itu adalah sejarah baru di Dinas ESDM. Karena setiap tahun sebelumnya hanya mengumpulkan PAD Rp 15 juta.
“PAD Dinas ESDM dari lab hanya Rp 15 juta sejak dulu sampai tahun 2019. Alhamadulillah saat ini sudah mencapai miliaran dan meloncat jauh. Melompat tinggi karena ada inovasi baru,” ungkap Yusmin. Tahun 2021, piharus ada usaha penunjang, misalnya jeti harus dikelola oleh Pemprov Sultra. Sebab di swasta itu jeti bukan kewajiban hanya sebagai alat usaha penunjang.
Sebagai contoh, di lokasi IUP ada lima perusahaan sehingga dari hitungannya bisa mendapatkan banyak pamsukan untuk PAD pada setiap pengapalan oleh perusahaan tambang. “Jeti ini tidak permanen karena bahannya hanya tanah dan batu atau semi permanen dengan kisaran anggaranperjeti 5-7 miliar. Di sini dalam setahun juga bisa mendapatkan pemasuka yang lumayan untuk PAD daerah kita,” tukas Yusmin. (b/rah)