KENDARINEWS.COM–Ketua DPD Partai Nasional Demokrat (NasDem) Kolaka Timur (Koltim) Hartini berpeluang meraih suara terbanyak pada Pemilihan Calon Anggota Legislatif (Pilcaleg) DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Periode 2024 – 2029.
Per 19 Februari 2024 pukul 11.00 WIB, Istri Bupati Koltim itu berhasil meraih sebanyak 15.686 suara didaerah pemilihan (Dapil) Sultra V yang meliputi (Kolaka, Kolaka Utara (Kolut), Koltim).
Untuk sementara, capaian tersebut tertinggi di Sultra dan mengungguli dua Calon Anggota Legislatif (Caleg) lainnya yakni Syahrul Said (Partai NasDem) yang meraup sebanyak 12.421 suara (Dapil IV Buton, Busel, Buteng, Baubau, Wakatobi), dan Nurlin Surunuddin (Partai Golkar) hanya 11.554 suara dari Dapil II (Konawe Selatan (Konsel), Bombana).
Meski berstatus sebagai pendatang baru, Hartini berhasil mendapatkan simpati masyarakat dan berpeluang mengantarkan Partai Besutan Surya Paloh itu mendapatkan dua kursi pada Dapil Sultra V.
Merespon hal tersebut, Pengamat Politik Sultra, Andi Awaluddin Ma’ruf mengatakan status pendatang baru bukan menjadi kendala dalam Pemilihan Umum (Pemilu) baik itu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), maupun Pilcaleg.
“Masalah statu pendatang baru itu bukan persoalan. Yang jelasnya ketika dia memiliki strategi politik yang baik seperti melakukan kampanye yang efektif dan terpola, kemudian komunikasi dengan masyarakat itu baik, ini bisa menjadi modal pendatang baru bisa duduk di Parlemen,” ungkap Andi Awaluddin Ma’ruf, kemarin.
Disisi lain, status petahana bukan menjadi jaminan caleg bisa mempertahankan kursinya di parlemen. Buktinya, kata Andi Awaluddin Ma’ruf, berdasarkan hasil hitung cepat (Quick Count), banyak caleg lama (petahana) justru gagal di Pilcaleg.
“Biasanya petahana yang gagal itu karena tidak bisa menjaga konstituennya. Tidak bisa menjaga orang yang selama ini memilih dia. Tidak bisa di kontrol, faktor itu yang mempengaruhi (Caleg gagal mempertahankan kursi di Parlemen),” ungkap Andi Awaluddin Ma’ruf.
Ia menambahkan, faktor lain yang mempengaruhi gagalnya caleg (petahana) pada Pemilu 2024 dipengaruhi oleh Money Politic (Politik Uang) yang marak terjadi menjelang hari pemungutan suara.
“(Money Politic) Walaupun kelihatan senyap, tapi berpengaruh. Banyak caleg yang punya basis suara itu tergerus dengan money politic.Pilihan masyarakat bisa berubah apalagi sudah pegang duit,” pungkasnya. (ags/KN)