KENDARINEWS.COM — Kerja sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka Utara (Kolut) dengan pihak Swiss Foundation for Technical Cooperation dalam produksi kakao berkelanjutan sejak 2015 lalu, dirampungkan tahun ini. Tercatat, sebanyak 10.171 petani telah dilatih dalam prakiek budi daya kakao terbaik atau good agricultural practice (GAP) di 100 desa pada 14 kecamatan.
Sr. Program Manager Sulawesi Swisscontact, Suharman Sumpala, menjelaskan, pelatihan budi daya kakao ditangani secara berkelompok yang terdiri dari 10-30 orang dan 19 persen diantaranya kaum hawa. Ada sebanyak 183 pelatih utama dan 182 petani andalan. “Melalui program ini juga melatih 6.988 keluarga petani kakao tentang pengelolaan keuangan rumah tangga dan usaha tani yang baik,” tuturnya, Rabu (30/9).

8.355 petani juga dilatih dalam praktik pengelolaan lingkungan serta 3.754 praktik pengelolaan gizi keluarga. Tercatat, dalam pengembangan sepanjang program kakao itu telah mencakup 4.103 meter persegi dengan jumlah bibit 256.800. “Beberapa pembibitan masih berlanjut,” ucapnya.
Pihaknya mengklaim, dampak program itu terjadi peningkatan produksi sejumlah 28 persen dari 435 kg per hektare menjadi 685 kg. Jika diestimasi, peningkatan pendapatan senilai Rp 10,2 miliar. Pada 2019 silam,sebanyak 5.450 petani telah dinyatakan lulus sertifikasi. “Saya melihat kemajuan petani kakao saat ini cukup besar dengan dengan dukungan pemda banyaknya penanaman baru. Tantangan kedepan mungkin suplai pupuk dan modal termasuk dukungan dari lembaga keuangan karena berbicara percepatan peningkatan produksi,” tutupnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismaik Mustafa, mengatakan, mayor project sentra kakao sementara dalam proses pembangunan. Di dalamnya terdapat bisnis pengolahan, perbenihan hingga jual beli. “Kami sementara mempersiapkan pusat pengembangan kakao nasional berbasis korporasi itu kerja sama dengan Dirjen Perkebunan secara bertahap,” pungkasnya. (b/rus)