Yusran Akbar Respon Persoalan Petani Desa Ameroro 

KENDARINEWS.COM–Kepekaan Bupati Konawe Yusran Akbar kembali diuji. Persoalan mendasar petani di di desa Ameroro kecamatan Uepai yang mengeluhkan kurangnya pasokan air untuk sawah mereka menjadi persoalan yang butuh penanganan cepat.

Atas kondisi itu Bupati Yusran Akbar langsung merespon dengan meninjau kondisi lahan pertanian masyarakat yang berada didekat bendungan Ameroro itu, Minggu (6/4).

Dari hasil peninjauan itu, diketahui sekira 143 hektare sawah di desa Ameroro terancam tidak berproduksi ditahun ini jika terus menerus kekurangan pasokan air yang mencukupi. Areal persawahan di desa tersebut belum ditanami padi, padahal musim tanam sudah lewat. Bahkan, sebagian besar areal sawah itu sama sekali belum dilakukan penggarapan tanah. Salah satu penyebabnya, aliran air dari bendungan Ameroro tidak sampai di areal persawahan milik kelompok tani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Padahal, jarak bendungan Ameroro dengan lokasi persawahan itu hanya sekira tiga km.

Bupati Yusran Akbar mengecek kondisi lahan persawahan di desa Ameroro, didampingi Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Konawe, Ilham Jaya. Yusran Akbar sekaligus berkoordinasi dengan sejumlah pihak, khususnya para petani setempat guna mengetahui kendala yang dihadapi.

Bupati Yusran Akbar mengatakan, dari hasil dialog dengan masyarakat petani di desa Ameroro, ada sejumlah persoalan yang menyebabkan areal persawahan dilanda kekeringan. Selain tidak adanya pasokan air dari bendungan Ameroro, tumpukan sampah, pendangkalan, serta penyempitan saluran irigasi menyebabkan debit air yang mengalir ke sawah sangat lemah.  

“Indikasi permasalahannya adalah debit air ke persawahan sangat lemah karena tersumbat sampah di saluran irigasi. Kami juga menemukan ada perluasan lahan sawah yang belum dilaporkan datanya,” ujar Yusran Akbar.

Dalam kesempatan itu, Yusran berjanji secepatnya menangani problem kurangnya pasokan air di desa Ameroro. Makanya, Ketua Kadin Konawe itu juga langsung berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari guna mengkonfirmasi seputar pemeliharaan jaringan irigasi di Konawe.

“Pentingnya penanganan cepat agar petani bisa segera memulai masa tanam. Saya sudah berkoordinasi dengan Kepala BWS Kendari untuk bersama-sama menyelesaikan persoalan air, agar petani bisa segera mengolah sawahnya,” tandasnya.

Sementara itu, salah seorang petani di desa Ameroro, Astamar mengemukakan, aliran air dari bendungan Ameroro tidak sampai ke kawasan persawahan mereka. Akibatnya, sekira 143 hektare sawah di desa tersebut terancam gagal tanam. Ia mengaku, para petani setempat tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi tersebut. Sebab, mereka tidak punya cukup modal dan peralatan untuk melakukan penggarapan tanah. 

“Bahkan, ada sebagian petani melakukan penyedotan air buangan dari area persawahan. Penyedotan itu menggunakan mesin untuk dimasukkan kembali ke petak sawah agar bisa dilakukan penggarapan,” ungkapnya.

Namun ia menyebut, dengan perlakuan ini, petani harus mengeluarkan biaya tambahan produksi untuk mengoperasikan mesin selama penggarapan tanah di area sawah tersebut. Sayangnya, meski telah dilakukan penyedotan air buangan untuk menggarap tanah tersebut, mereka belum bisa melakukan penanaman.

“Sebab, air sedotan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasokan air untuk areal sawah di desa Ameroro ini,” keluhnya. (adi/kn).

Tinggalkan Balasan