KENDARINEWS.COM – Mahasiswa Information Technology Universitas Halu Oleo (IT UHO) telah menciptakan inovasi baru di bidang fashion dengan meluncurkan brand pakaian bernama “Unaware”. Brand ini menawarkan desain kaos unik yang mengangkat tema kebudayaan Sulawesi Tenggara, termasuk pahlawan Oputa Yi Koo dan tarian tradisional Lulo serta Omwara. Brand ini lahir dari tugas mata kuliah Kewirausahaan yang mengusung tema kebudayaan lokal.
CEO Brand Unaware sekaligus mahasiswa Teknik Informatika UHO, Muhammad Azriel Saktiawan, menjelaskan bahwa ide ini muncul sebagai upaya untuk memadukan desain modern dengan elemen budaya lokal. “Unaware merupakan brand yang kami ciptakan dari tugas kuliah, di mana kami mencoba membuat baju dengan desain bertema kebudayaan sosial Sulawesi Tenggara. Kami mengambil inspirasi dari pahlawan seperti Oputa Yi Koo dan tarian tradisional seperti Tari Lulo dan Tari Omwara,” ungkap Azriel.
Pada fase awal, tim Unaware telah merilis tiga desain kaos yang mendapatkan respons positif dari masyarakat. Meskipun produk ini awalnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan tugas kuliah, Azriel mengungkapkan rencana besar mereka untuk mengembangkan brand ini ke depannya. “Saat ini, kami baru memiliki tiga desain, tetapi kami bertekad untuk mengembangkannya agar brand ini lebih dikenal oleh masyarakat Kota Kendari dan bahkan menjadi oleh-oleh khas Sulawesi Tenggara. Insya Allah, jika ada banyak peminat, kami akan terus berinovasi,” tambahnya.
Produk Unaware dijual dengan sistem pre-order untuk memastikan kualitas dan efisiensi produksi. “Saat ini, produk kami dihargai Rp90.000 per kaos. Proses produksinya memakan waktu sekitar satu hingga tiga hari. Bahkan, Ketua Jurusan Teknik Informatika telah memesan dua baju, yang menjadi motivasi besar bagi kami untuk terus melangkah,” jelasnya.
Azriel menjelaskan mengapa mereka memilih desain berbasis budaya lokal, menyatakan bahwa konsep tersebut unik dan jarang ditemukan di brand kaos lainnya. “Desain kami berbeda dari kebanyakan kaos polos di luar sana. Kami ingin menonjolkan nilai-nilai tradisional yang jarang disentuh oleh industri fashion. Dengan cara ini, kami juga membantu melestarikan kebudayaan Sulawesi Tenggara,” paparnya.
Target utama dari brand Unaware adalah memberikan kontribusi nyata dalam melestarikan budaya lokal sekaligus menciptakan produk yang memiliki nilai ekonomi. “Visi kami adalah menjadikan Unaware sebagai media pelestarian budaya yang bisa dinikmati oleh semua kalangan,” tambah Azriel.
Proses pembuatan brand ini memakan waktu sekitar satu bulan. Tim juga membuka peluang bagi pembeli untuk mengajukan desain sesuai keinginan mereka. “Kami fleksibel. Jika ada yang ingin request desain lain, kami akan coba memenuhinya,” ujar Azriel.
Dengan semangat dan dedikasi, tim Unaware berharap brand mereka dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif. “Harapan kami ke depannya adalah agar brand kami ini bisa berkembang lebih jauh,” tutupnya.