KENDARINEWS.COM–Kapan malam Lailatul Qadar turun memang menjadi hak Allah Ta’ala. Namun Nabi Muhammad SAW memberikan sedikit bocoran tentang waktu turunnya malam Lailatul Qadar, malam 1000 bulan.
Dalam sabdanya, Nabi Muhammad menyuruh umatnya untuk mencari malam Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan.
Sementara Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ , تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ , سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1.000 bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al Qadar: 3–5
Adapun ciri atau tanda malam Lailatul Qadar turun yakni:
1. Lailatul Qadar terbawa mimpi
“Hal ini seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi Radliyallahu’anhum” Ujar Asroni Al Paroya, Ketua Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia.
Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu’anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi saw diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7 malam terakhir (Ramadhan) kemudian Rasulullah SAW berkata,”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir,”(HR Muslim)
2. Bulan nampak separuh bulatan
Tidak ada bulan utuh pada malam itu, karena bulan yang Nampak hanyalah setengah. Suatu ketika Abu Hurairah pernah berdiskusi tentang Lailatul Qadar di sisi Rasulullah, Maka Rasulullah berkata “Siapkan dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan” (HR. Muslim)
3. Merasakan lezatnya Ibadah
Ketika kita sedang melaksanakan ibadah dan dikala itu kita merasakan tenangnya hati kita, maka bisa jadi malam itu adalah malam Lailatul Qadar. “Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ciri malam Qadar adalah bila orang-orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.” Sambung Asroni
4. Malam dengan ciri yang khusus
Asroni juga menjelaskan ciri yang selanjutnya adalah, malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).
Hal tersebut di dasari atas Hadist Ubadah bin Shamit “Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu,” (HR. Ahmad).
Kapan pun datangnnya malam Lailatul Qodar, kita harus tetap menjaga kadar keimanan kita sebagai umat muslim. Meskipun hal tersebut di dasari dengan banyak hadist Nabi, kita harus mengaplikasikan malam tersebut pada malam – malam yang lainnya. Karena akan menjadi sangat singkat jika malam hari hanya kita gunakan untuk tidur.
5. Udara dan angin sekitar terasa tenang
Sebagaimana penjelasan dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan.” (HR Ath-Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18/361. Syekh Al Albani mengatakan hadis ini sahih. Lihat Shahihul Jaami’ nomor 5475)
6. Matahari terbit dengan cerah
Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata:
هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke-27 (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot.” (HR Muslim Nomor 762. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/149–150)
7. Terjadi pada sepuluh malam terakhir Ramadan
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari Nomor 2020 dan Muslim 1169)
8. Terjadi pada malam ganjil
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari Nomor 2017)
Wallahu a’lam bishawab. (KN/NET)