Pakar kebijakan Publik: Nur Alam Membela Hak Rakyat Sultra

KENDARINEWS.COM– “Selain sumber daya alam Sultra yang terus menerus dirampas, kita juga menghadapi dilema lain, yakni bermunculannya calon-calon pemimpin yang berasal dari luar. Padahal orang yang paling paham dengan kondisi, kultur, dan memiliki idealismeuntuk memperjuangkan nasib dan masa depan rakyat Sulawesi Tenggara adalah putera-puteri asli Sulawesi Tenggara. Orang luar hanya tahu kita memiliki sumber kekayaan alam yang luar biasa, tapi mereka tidak paham budaya dan tata krama lokal. Mereka juga tidak mau tahu nasib muram seperti apa yang akan menimpa rakyat Sulawesi Tenggara di masa depan”. Kutipan pernyataan Nur Alam tersebut dirangkum dari vidio yang beredar luas saat momentum perayaan HUT RI, 17 Agustus 2022.

Isu suksesi kepemimpinan daerah menyebabkan ada segelintir elit yang merasa terusik munculnya vidio singkat pernyataan Nur Alam tersebut.

Hal itu menarik perhatian pakar kebijakan publik, yang juga Ketua Umum Ikatan Penelitian dan Inovator Indonesia , Dr Hadi Supratika MM.

Dalam tulisannya yang berjudul ” Refleksi Cross Cutting Power and Cros Cutting Loyalities Domokratisasi 2024,” Hadi yang juga anggota BRIN Indonesia itu mengulas bahwa, wajar Nur Alam bersuara sebagai rasa keprihatinan seorang mantan gubernur.

Apalagi memang Nur Alam putera daerah asli Sultra yang merasa terpanggil jiwa raganya walaupun ia masih menjalani hak hukumnya di penjara Sukamiskin.

“Ucapan Nur Alam itu benar adanya karena saat ini banyak pertambangan di Sulawesi Tenggara dikuasai dan dimiliki orang asing dari luar Sultra yang pengelolaannya amburadul. Di media sudah banyak diberitakan datangnya tenaga kerja asing dari Cina ke Sulawesi Tenggara untuk mengelola sektor pertambangan yang digaji fantastis sementara putera daerahnya digaji minim. Ini membuktikan ucapan Nur Alam tersebut benar adanya,” beber Hadi.

” Dalam pandangan sosiologi politik modern tindakan Nur Alam merupakan pembelaan atas hak-hak rakyat yang harus dilindungi dan disampaikan kepada negara,” tegas Hadi.

Pandangan tersebut, menurut Hadi, harusnya diapresiasi karena walau ditahan di tanah jawa tapi perhatiannya terhadap daerah di Sultra tetap semangat 45.

Pemikirannya telah memberikan solusi terbaik untuk daerahnya. “Pakar politik etnis menyampaikan jika tokoh asli putera daerah suatu bangsa dimanapun berada sekalipun dipenjara ditujuh lapis bumi, maka dipastikan semangat perjuangan tidak akan luntur terhadap daerahnya dan akan tetap membara,” tulisnya.

Jika ada yang berpendapat bahwa suara kebenaran Nur Alam dianggap melanggar UU ITE, menurut Hadi, pendapat itu sangat salah dan keliru.

“Ingat banyak pimpinan didunia ini termasuk Soekarno tetap memikirkan dan memperjuangkan negaranya dari balik jeruji penjara. Berkaitan dengan hal itu, maka wajar seorang mantan pimpinan berjuang untuk daerahnya melalui tulisan dan narasi karena itu suara kebenaran dari ungkapan seorang putera asli daerah atas keprihatinan terhadap bangsanya sendiri. Harusnya narasinya ditanggapi positif sebagiai pelajaran buat kita bahwa alam, tanah, air dan udara harus dijaga kelestariannya dan diolah dengan ramah lingkungan dan memadukan dengan kearifan budaya lokal,” papar Hadi.

Justeru terasa janggal, lanjut Hadi, jika ada orang di luar Sultra yang menyuarakan ketidaksukaannya atas narasi Nur Alam dalam membela rakyatnya, apalagi kelompok tersebut mengkamuflase seakan-akan rakyat marah atas narasi Nuralam. “Dalam pandangan politik etnis lokal dinamakan provokator eksternal yang menyamar,” tegas Hadi.

Pada bagian lain tulisannya Hadi juga memaparkan bahwa, sesungguhnya suara Nur Alam merupakan representasi suara rakyat yang terkunci mulutnya oleh kelompok oligarki yang menggunakan tangan tangan oknum penguasa asing yang menyumbat suara rakyat di Sultra. Mereka justeru yang memecah belah masyarakat Sultra agar rakyat lokal saling bertengkar antara satu dan lainnya. Realitas Nur Alam ketika menjadi Gubernur Sultra telah banyak membangun maha karya untuk daerahnya juga diungkap Hadi.

Banyak pusat-pusat perekonomian yang dibangun dengan semangat persaudaraan, infrastruktur menuju ke lokasi pertanian dan perkebunan kaum pendatang diperhatikannya agar mereka juga dapat menikmati pembangunan bersama. Di birokrasi semua diperhatikan dalam menduduki jabatan. Begitu juga dilegislatif diberi ruang untuk duduk menjadi wakil masyarakatnya. “Wajar kalau Nur Alam bersuara untuk saling mengingatkan sebagai sesama saudara bangsa,” beber Hadi dalam tulisannya yang telah beredar berantai melalui wats app (wal)

Tinggalkan Balasan