KENDARINEWS.COM– Ratusan guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Buton ramai ramai mengikuti pertemuan dengan Pj Bupati, Basiran pada Rabu (31/8). Dikesempatan itu mereka curhat soal honornya yang minim
Ketua PGRI Kabupaten Buton, La Nesa, mengatakan hampir setiap rapat, suara-suara dari honorer itu selalu terdengar.
“Selama ini mereka dikasih dari dana BOS. Tapi kalau siswanya sedikit, dana BOS kecil dan pendapatan gurunya juga minim. Kalau bisa, mereka juga ingin seperti guru honorer di Provinsi. Ada tambahan dari APBD Rp 500 ribu perbulan. Tapi untuk di Buton mungkin bisa Rp 250 ribu, pak,” usul La Nesa, disambut riuh tepuk tangan guru-guru.
Pj. Bupati Buton, Basiran, mengatakan apa yang dikeluhkan guru melalui Ketua PGRI itu seharusnya melukai hati para pejabat daerah termasuk dirinya.
Sebab, guru-guru mendapat tugas berat untuk mencerdaskan anak bangsa, namun kesejahteraannya tidak mendapat perhatian yang memuaskan bagi mereka.
“Pejabat enak, ada fasilitas, makan minumnya ditanggung negara. Sedangkan guru, harus gadai SK dulu baru bisa beli keinginan ny. Apalagi honorer dengan Rp 300 ribu sebulan, tugasnya sama dengan PNS bahkan mungkin lebih berat,” ungkapnya, kemarin.
Untuk itu, Basiran siap memertimbangkan usulan guru honorer itu untuk mendapat tambahan honor dari APBD. “Saya tidak ingin menjanjikan, tapi Insya Allah akan kita dudukan bersama dengan TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) dengan DPRD. Kalau anggaran cukup, Insya Allah kita lakukan,” bijaknya.
Ia pun menginstruksikan kepada pimpinan Dinas Pendidikan untuk mendata ulang guru honorer yang aktif dan PNS pada semua jenjang sekolah. “Saya butuh data itu. Karena bicara pendidikan ada tiga unsur. Sumber daya personil guru, sarana dan prasarana serta kurikulum,” terangnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton, Harmin, mengatakan, jumlah guru honorer yang tersebar pada semua jenjang sekolah memang cukup banyak.
“Perkiraan data itu lebih dari 1.000 orang. Kita cek ulang dan akan laporkan ke pimpinan,” katanya. Soal data honorer itu kata dia, memang selalu berubah-ubah setiap saat. Sebab terkadang ada satu guru yang mengajar pada beberapa sekolah. “Makanya saya kumpulkan dulu Kabidnya supaya jelas data itu,” pungkasnya. (KN)