
KENDARINEWS.COM– Kasus siswa putus sekolah akibat kebijakan belajar dalam jaringan (Daring) terjadi pada beberapa daerah. Kasus tersebut kebanyakan menimpa peserta didik dari kalangan keluarga miskin. Para siswa itu terpaksa mengubur mimpi untuk terus mengenyam pendidikan karena beberapa faktor. Salah satunya karena mereka tak memiliki handphone untuk mengikuti proses belajar mengajar (PBM) yang dialihkan ke rumah siswa masing-masing. Saat ini pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konawe mengumpulkan data siswa putus sekolah akibat adanya kebijakan pembelajaran di masa pandemi tersebut.
Kepala Dinas Dikbud Konawe, Suriyadi, mengatakan, sektor pendidikan memang terkena imbas yang luar biasa dari pandemi Covid-19. Sudah setahun lebih, katanya, peserta didik di jenjang SD maupun SMP se-Konawe terpaksa belajar dari rumah dengan menggunakan peralatan teknologi digital.
“Metode belajar mengajar yang terbilang baru ini tentu jauh perbandingannya dengan sistem klasikal seperti biasa. Pembelajaran di masa pandemi harus didukung ketersediaan infrastruktur pendidikan secara daring, seperti perangkat smartphone, laptop hingga fasilitas internet,” ujar Suriyadi, Rabu (19/5) ketika ditemui dikantornya.
Ia menuturkan, pihaknya kini sementara menjaring data melalui para Kepala SD maupun SMP se-Konawe mengenai siswa putus sekolah imbas dari kebijakan belajar daring. Sesegera mungkin Dikbud Konawe meminta informasi itu diberikan sehingga pihaknya dapat menentukan langkah-langkah persuasif dan antisipatif ke depan, khususnya bagi para siswa yang terpaksa berhenti sekolah tersebut.
“Di beberapa daerah kasus itu memang pasti bisa terjadi. Salah satunya mungkin karena mereka tak punya smartphone. Cuma di Konawe kita belum tahu berapa jumlahnya. Kita masih tunggu informasi dari para kepala sekolah,” tandas mantan Kepala SMPN 1 Sampara itu. (c/adi)