Pabrik Kakao Kolut Ditarget Beroperasi April 2021

KENDARINEWS.COM — Pembangunan gedung dan penyediaan mesin produksi pada kawasan Mayor Projet Sentra Kakao di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dipastikan tuntas awal 2021 mendatang. Pemerintah memerkirakan akan dapat melibatkan sekitar 500 orang pekerja dengan taksiran hasil penjualan produksi berkisar Rp 1 miliar. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismail Mustafa, menjelaskan, mulai Januari hingga Maret menjadi waktu tahap persiapan sumber daya manusia (SDM), koordinasi bahan baku dan modal pembelian biji kakao basah dari petani. Olehnya itu, memasuki April 2021 upaya produksi sudah berjalan normal. “Jika mesin berproduksi otomatis akan diikuti pembelian biji kakao dari petani,” ujarnya, Rabu (25/11).

Ketika pabrik sudah siap, maka dari sisi penyerapan tenaga kerja juga pasti dilakukan. Karena tempat pengolahan itu tidak berdiri sendiri. Di gedung pengolahan misalnya, bakal dipekerjakan hingga 25 orang. Itu belum termasuk para tenaga pengurus koperasi mulai dari tingkat wilayah hingga para pembeli yang menyebar sampai level desa. Pengurus koperasi itu akan dibagi pada tiga unit kerja meliputi zona wilayah utara Kolut, tengah dan bagian selatan. 500 orang pekerja secara keseluruhan dianggap bisa mencapai jumlah itu. “Kalau berbicara tenaga kerja, kan bukan hanya dilihat yang dipekerjakan di pabrik saja. Karena mayor project ini berbasis korporasi,” jelas Ismail Mustafa. Untuk mendorong hasil penjualan, sasaran awal yang menjadi target pasar yakni wilayah dalam Kolut. Mereka akan menyasar unit-unit pemerintahan baik OPD hingga ke tingkat desa.

Pihaknya telah mengestimasi pendapatan pada awal penjualan itu berkisar Rp 1 miliaran. Itu belum di luar lembaga atau unit pemerintahan karena saat itu bakal digalakkan “Gerakan Minum Cokelat”. “Kami akan perlihatkan bahwa ini produk hasil dari petani kita. Ayo dukung gerakan ini untuk untuk membatu para petani dengan mengkonsumsi produk lokal sendiri,” pungkas Ismail Mustafa. Sekadar diketahui, bangunan pabrik tersebut dua bangunan berukuran 18 x 22 meter dengan nilai proyek sebesar Rp 2,3 miliar. Sedangkan harga pengadaan mesin ditaksir Rp 700 juta menggunakan APBN. Tiap hari, pabrik tersebut diperkirakan mampu memproduksi 100 kilogram biji kakao dalam bentuk cokelat. (c/rus)

Tinggalkan Balasan