Jokowi : Jangan Sampai RS Jadi Klaster Penyebaran Covid-19


KENDARINEWS.COM — Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk segera melakukan audit terhadap proto?kol keamanan bagi tenaga kesehatan. Termasuk juga bagi pasien di seluruh rumah sakit di Indonesia. Ia tidak ingin rumah sakit menjad?i tempat yang aman. Bukan justru menjadi tempat penyebaran Covid-19. “Sehingga RS menjadi betul-betul menjadi tempat yang aman dan tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19,” ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (14/9).

Jokowi

Kemudian Jokowi juga berpesan kepada Menkes Terawan untuk kapasitas testing antar daerah ketimpangannya harus diperkecil. Sehingga tidak ada daerah atau satu provinsi yang berbeda jumlahnya dalam testing Covid-19.

“Jangan sampai ada yang sudah terlalu tinggi tetapi ada daerah atau provinsi provinsi yang lain yang masih jauh di bawah, misalnya di DKI Jakarta yang sudah mencapai 324 ribu, di Jatim masih 184 ribu, di Jateng 162 ribu, di Jabar 144 ribu, dan di provnsi-provinsi yang lain yang masih di bawah 100 ribu,” ungkapnya.

Jokowi juga meminta kepada masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Sehingga bisa membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di tanah air. “Terutama ini dalam memakai masker dan physical distancing,” ungkapnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, keputusan-keputusan dalam merepsons penambahan kasus di provinsi, kabupaten atau kota harus dilihat berdasarkan data sebaran Covid-19. Sehingga nantinya bisa menerapkan strategi intervensi berbasis lokal. Baik itu di tingkat RT, RW, desa dan kampung.

“Penanganannya lebih detail dan bisa lebih fokus karena dalam sebuah provinsi, misalnya ada 20 kabupaten dan kota tidak semuanya berada pada posisi merah,” ujar Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (14/9).

Karena itu, lanjut Jokowi, penanganannya jangan digeneralisir. Karena tidak semua desa, kota, kampung tidak zonanya menjadi merah terkait penyebaran Covid-19 di tanah air ini. “Jadi itu memerlukan treatmen dan perlakuan yang berbeda-beda,” katanya.

Oleh karena itu, strategi berbasis pembatasan berskala lokal penting sekali untuk dilakukan. Baik itu Manajemen intervensi yang dalam skala lokal maupaun skala komunitas. “Sehingga sekali lagi jangan buru buru menutup sebuah wilayah, menutup sebuah kota, menutup sebuah kabupaten, dan kalau kita bekerja berbasiskan data, langkah langkah intervensinya itu akan berjalan lebih efektif dan bisa segera menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lapangan,” ungkapnya.

Jokowi menuturkan, pemerintah juga terus bekerja keras meningkatkan angka kesembuhan, ini penting sekali. Di 13 September rata rata kasus aktif di Indonesia 25,02 persen atau sedikit lebih tinggi dari rata rata kasus aktif dunia yakni 24,78 persen.

Kemudian juga jumlah kasus sembuh sebanyak 155.010 kasus dengan recovery rate 71 persen. Ini rata rata kesembuhan di Indonesia 71 persen, ini juga sedikit lebih rendah dari rata rata kesembuhan dunia. “Ini juga terus mengejar rata rata kesembuhan global, rata-rata kesembuhan dunia,” ungkapnya.

Yang ketiga pemerintah harus terus menurunkan angka kematian, rata rata kematian di Indonesia memang terus menurun dari 4,02 persen. Di bulan Agustus menjadi 3,99 persen meski angka ini masih lebih tinggi dari rata rata kematian dunia yang mencapai 3,18 persen. “Tetapi memang angka ini mengalami penurunan dibanding angka angka kematian seminggu lalu yakni 4,02 persen,” tuturnya

Sebelumnya, Ketua Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia ?(IDI) Adib Khumaini sampai dengan Sabtu (12/9) total ada 116 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi di tanah air. “Ini sekarang sudah 116 yang meninggal, ada yang beberapa dirawat di RS,” ujar Adib.?

Adib berharap tidak ada lagi dokter yang meninggal dunia akibat virus Korona tersebut. Karena dokter berada di garda terdepan dalam penanganan virus Korona di tanah air. “Kita harapkan tidak semakin bertambah,” tambahnya. (jpg)

Tinggalkan Balasan