PJ Bupati Mubar Sidak, Temukan Penjual BBM Sistem Gantang

KENDARINEW.COM– Di Desa Tondasi masih ditemukan penjual Bahan Bakar Minyak menggunakan sistem gantang. Praktek dagang sistem itu ternyata sudah ada sejak 18 tahun silam, namun itu tidaklah dibenarkan.

Penjabat (Pj) Bupati Muna Barat (Mubar), Bahri saat mengetahui itu, ia mengancam akan menutup aktivitas penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) sub­sidi jenis solar dan pertalite di Desa Tondasi.

“Saya minta agar pen­gusaha ini menyiapkan pelayanan dengan meng­gunakan nosel yang sudah ditera. Saya kasih waktu dua bulan. Kalau dengan waktu yang kita berikan itu tidak juga diindahkan, kita tutup saja,” tegas Bahri saat ditemui usai melakukan inpeksi mendadak (Sidak), Selasa (20/9).

Lanjutnya, sidak dilaku­kan berdasarkan laporan masyarakat yang melihat adanya penjualan BBM di­duga tak sesuai ketentuan. Karena harusnya penjualan BBM menggunakan nosel yang takaranya memang sudah diatur dengan baik oleh pemerintah.

“Makan­ya dengan adanya lapo­ran ini kita tertibkan. Saya minta untuk menggunakan cara saat ini, yaitu nosel dan itu mendapatkan tera dari pemerintah. Sehingga masyarakat mendapatkan sesuai dengan haknya,” pintahnya.

“Kalau beginikan (pen­jualan dengan cara gan­tang) masyarakat dirugikan. Tadinya misalkan haknya bisa dapat 20 liter kalau ditera, tetapi karena sistem gantang hanya 18 liter. Be­rarti ada dua liter yang hi­lang.

Saya minta pendisi­tribusian ke masyarakat jangan dikurangi volume­nya. Kalau masih ada lapo­ran lagi maka kita tutup. Karena BBM subsidi ini di­gunakan oleh masyarakat kita khususnya para ne­layan untuk menujang mata pencaharian mer­eka dengan mencari ikan,” terangnya.

Direktur Perencana Keuangan Daerah, Ke­mendagri itu menam­bahkan, pihaknya masih memberikan kelongga­ran penjualan selama dua bulan sembari memper­siapkan nosel. Akan tetapi proses penjualan harus dilakukan dengan baik dan adil. Kemudian diawasi oleh aparat penegak hukum dan masyarakat sekitar.

Sementara itu, agen BBM subsidi Desa Ton­dasi, Aras mengakui jika selama ini menjual dalam kondisi BBM masih ber­busa. Dalam sehari, setiap masyarakat nelayan dijatah lima liter sampai 10 liter solar. Namun setelah lama didiamkan, jerigen menja­di tidak ful karena busanya hilang.

“Dalam satu bulan BBM yang masuk 80 ton. Perharinya delapan ton dan langsung habis. Kita melayani beberapa desa dan setiap pembongkaran kita tentukan perdesa. Saya menjual sejak 2004,” terangnya.

Terkait peringatan dan tenggang waktu yang diberi­kan Pemkab Mubar, ia men­gaku akan mengindahkanya. Dirinya berjanji akan beru­paya menjual BBM dengan nosel yang sudah ditera. “Dalam waktu satu dua bu­lan ini saya akan upayakan,” pungkasnya. (KN)

Tinggalkan Balasan