KENDARINEWS.COM- Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa tak henti mencari jalan untuk memakmurkan dan mensejahterakan masyarakatnya. Ia sukses menyulap wilayah terpinggirkan menjadi daerah yang menjanjikan. Seperti di Kecamatan Routa yang kini menjadi kompleks mega industri.
Dengan jumlah investasi sekitar Rp58 Triliun, nilai investasi di wilayah paling barat Konawe itu, disebut-sebut lebih besar ketimbang mega industri di Morosi. Di Kecamatan Routa, Bupati Kery memfasilitasi masuknya PT.Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) lewat bendera PT.Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Geliat pertambangan di Routa saat ini telah berjalan. PT.IKIP bakal mengeksplorasi di atas wilayah izin usaha pertambangan (IUP) milik PT.SCM, yakni seluas 3.563 hektare. Pihak korporasi tersebut kini tengah membangun kompleks industri dengan berbagai infrastruktur penunjang lainnya.
Hadirnya investasi di Routa diproyeksi dapat menyerap sekira enam hingga delapan ribu tenaga kerja. Serapan tenaga kerja yang begitu banyak, diyakini akan mengentaskan pengangguran. Routa yang dulunya dicap wilayah terpinggirkan, kini digadang-gadang bakal menjadi daerah maju berkat masuknya investasi di wilayah itu.
Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa mengatakan, lewat investasi swasta di Routa, nantinya di wilayah itu bakal dibangun pabrik-pabrik nikel dan turunannya yang lain. Termasuk, turunan nikel yakni lithium yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan bertenaga listrik.
“Kita bersyukur dengan hadirnya investasi di Routa. Investasi kita perlukan dalam rangka mempercepat kemajuan daerah. Dengan adanya investasi ini juga membantu kami dalam mengatasi persoalan lapangan kerja di Konawe,” ujar Bupati Kery, kemarin.
Sementara itu, Sekretaris kabupaten (Sekab) Konawe Ferdinand Sapan mengemukakan, PT.SCM sampai saat ini terus meningkatkan progres pembangunan kawasan industri di Routa. Termasuk, percepatan proses produksi pada tahun ini dari target awal ditahun 2024 mendatang. Kata Ferdinand, Pemkab Konawe pun telah memberikan support sebagai bentuk dukungan percepatan pembangunan kawasan industri di Routa oleh PT.SCM.
“Dukungan pemerintah itu, satu diantaranya adalah kita percepat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Routa. Dengan demikian, pada saat korporasi membangun kawasan industrinya maupun kawasan penunjang lainnya terkait industri, maka berdampak positif kepada masyarakat. Makanya, RDTR itu harus dari awal kita siapkan,” bebernya.
Dengan support itu, sebut Ferdinand Sapan, PT.SCM secara konsisten akan memprioritaskan semua potensi yang ada di Konawe guna menunjang aktivitas produksi perusahaan. Entah itu potensi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM).
Mantan Kepala BPKAD Konawe itu mengaku dalam berbagai kesempatan bertemu delegasi PT.SCM, dirinya selalu meminta agar pihak korporasi mengutamakan potensi lokal ketimbang mencari di tempat lain. “Salah satu yang saya sampaikan ke pihak perusahaan, kalau mereka butuh makan di sana dan masih makan dari beras, jangan pernah beli beras dari tempat lain. Harus beli beras dari Konawe. Nanti kalau Konawe tidak mampu, baru cari di tempat lain,” ungkap Ferdinand Sapan.
Ia menuturkan, untuk lebih memperkuat komitmen antara pihak pemerintah dan swasta terkait investasi di Routa, Pemkab Konawe nantinya juga bakal membuat nota kesepahaman dengan PT.SCM. Contohnya, Memorandum of Understanding (MoU) terkait konsep pengelolaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang menjadi kewajiban perusahaan.
“Jadi kita pakai cara-cara seperti itu. MoU itu termasuk didalamnya bidang pendidikan. Nanti kita akan coba menyampaikan bahwa SDM kita ini perlu didorong atau naik lagi levelnya. Sehingga pihak perusahaan harus mengambil peran di dalamnya,” terang Ferdy, sapaan karib Sekda Kabupaten Konawe itu.
Geliat industri di Routa oleh PT.SCM, lanjut Ferdy, tentunya membuka lapangan kerja baru di otorita setempat. Banyak tenaga kerja lokal (TKL) Konawe yang bisa direkrut bekerja oleh pihak perusahaan. Ferdinand Sapan menyebut, laporan terakhir dari pihak PT.SCM, sudah 2.500 tenaga kerja direkrut untuk membangun kompleks mega industri di wilayah paling barat Konawe tersebut.
Namun persoalan kedepan, sambungnya, manakala korporasi membutuhkan tenaga terampil (skill). Sementara, kesiapan SDM Konawe yang memiliki keterampilan khusus terbilang masih rendah. “Salah satu yang sudah kita siapkan adalah terintegrasinya nanti kebutuhan tenaga terampil yang dibangun dari Politeknik yang ada di Morosi. Dan juga, nanti akan kita bangun vokasi-vokasi yang lain. Kita juga akan coba komunikasi dengan perguruan tinggi lain. Baik yang ada di Konawe maupun di ibukota provinsi,” tutup Ferdy. (kn)