KENDARINEWS.COM — Upaya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali untuk mengubah paradigma olahraga Indonesia sudah terlihat dalam Olimpiade Tokyo 2020. Pasalnya, pemerintah saat ini lebih ingin melihat persebaran prestasi di multievent terakbar sejagat. Jika sebelumnya, banyak atlet yang berangkat seperti ke SEA Games, maka kini lebih berfokus ke prestasi dan tidak terpaku dalam satu cabang olahraga.
Menpora Amali menjelaskan, dengan perubahan paradigma ini, Indonesia sudah bisa berpikir jauh. Bukan lagi berpikir berprestasi di level SEA Games, tetapi harus berorientasi Olimpiade. “Memang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) belum jalan karena menunggu Perpres. Namun untuk mengukur prestasi, kami jadikan peringkat itu sebagai ukurannya,” ungkapnya, Kamis (5/8) kemarin.
Menteri asal Partai Golongan Karya (Golkar) itu mengakui, kalau menggunakan ukuran targetnya perolehan medali, maka apa yang didapat di Olimpiade Tokyo 2020 sudah memenuhi target. “Tetapi, kini berbeda caranya. Kenapa? Karena kami ingin perluas basis olahraga yang bisa mendapat medali,” tuturnya.
Cabor lain seperti panahan, surfing, menembak, dan rowing, dan atletik, menunjukkan ada perluasan cabor yang berhasil lolos. Selanjutnya, tambah Amali, tinggal dijalankan DBON, dimaksimalkan sport science-nya dan dimantapkan pembinaannya. “Kami harus konsisten menetapkan target itu, bagaimana peringkat bisa lebih baik, maka otomatis cabor harus diperluas, dan tidak bertumpu perolehan medali ke satu atau dua cabor, harus bisa lebih banyak lagi ke depan,” tutur Menpora Amali.
Dengan target yang lebih luas dan tinggi itu, maka pembinaan yang selama ini dilakukan harus diperbaiki lagi oleh DBON. Apabila selama ini pembinaan atlet yang sudah ada, yakni atlet itu dikumpulkan dan dikirimkan, maka ke depan harus direncanakan dengan lebih baik oleh DBON.
Artinya, atlet harus dicetak dan dibangun dari usia dini, dari sentra pembinaan yang atletnya dipilih dengan seksama menggunakan ukuran-ukuran yang orientasinya Olimpiade, sesuai DBON, bukan lagi sekadar berorientasi SEA Games. “Selama ini kan terkesan ini by accident, bukan by design, ke depan ini harus diubah,” terang Menteri Amali.
Namun, dia memastikan membangun prestasi olahraga tidak sama ukurannya dengan membangun sebuah bangunan. “Kalau bangunan jelas, selesai dibangun satu tahun, bahannya juga jelas. Kalau prestasi olahraga tidak seperti itu, butuh proses dan ini semua sudah disiapkan alur prosesnya lewat DBON,” papar menteri yang pernah menjadi Ketua Komisi II DPR RI tersebut.
Memang, ada peningkatan cabang olahraga yang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Jika sebelumnya tampil di tujuh cabang, maka di Olimpiade Tokyo 2020 ada delapan cabang yang lolos. Lolosnya delapan cabang itu melalui kualifikasi, tidak sekadar lewat undangan. Menembak dan Surfing, menjadi cabor yang potensial ke depan untuk digeluti oleh Indonesia karena merupakan cabang utama di Olimpiade. (rls)