Bupati Nur Rahman Bidik Pasar Asing

KENDARINEWS.COM — Sejak tahun 2018, Bupati Kolaka Utara (Kolut), Nur Rahman Umar gigih kampanye mengembalikan kejayaan Kolut sebagai sentra produksi kakao. Revitalisasi tanaman kakao yang menua digencarkan sang bupati. Bahkan Nur Rahman Umar tak sungkan turun lapangan mendampingi para petani demi suksesnya revitaliasi kakao yang digaungkannya.

Perlahan tapi pasti. Hasil keringat sang bupati blusukan ke kebun-kebun petani kakao memastikan revitalisasi tanaman berjalan lancar terlihat. Kini, petani kakao di beberapa desa sedang memanen kakao.

Cita-cita mengembalikan kejayaan Kolut sebagai daerah penghasil kakao terbesar di Sultra bukan hal mustahil diwujudkan. Tebaran benih “harapan” ala Bupati Nur Rahman Umar meraih kejayaan kakao di Kolut mulai menuai hasil. Petani kakao di Kolut kini sibuk memanen manisnya upaya peremajaan tanaman kakao.

Bupati Kolut, Nur Rahman Umar mengatakan, kakao yang sedang dipanen di beberapa desa, tentunya akan dinikmati pemiliknya sendiri. Meski begitu, selaku pimpinan di pemerintahan yang menggulirkan program tersebut ikut berbangga karena sudah bisa dinikmati oleh masyarakat. “Itu buah dari keringat dan kerja keras masyarakat sendiri. Saya pribadi sangat bangga atas keberhasilan itu. Dan sudah menjadi tugas saya memfasilitasi masyarakat agar bisa sejahtera, salah satunya melalui program revitalisasi kakao ini,” ujar Bupati Nur Rahman Umar kepada Kendari Pos, kemarin.

Bupati Kolut Nur Rahman Umar (tengah, berdiri) memotivasi petani kakao agar meraih derajat kesejahteraan yang lebih tinggi dari hasil panen kakao. Sejak beberapa tahun lalu, Bupati Nur Rahman getol meluncurkan program revitalisasi kakao. Kini, Pemkab Kolut membidik pasar ekspor kakao

Bupati Nur Rahman Umar mengapresiasi partisipasi masyarakat yang mendukung penuh program Pemkab Kolut dalam merevitalisai tanaman kakao. Kebangaannya kepada petani diungkapkan saat menghadiri undangan petani dalam panen perdana di kebun salah satu kelompok tani Desa Pohu Kecamatan Ranteangin. “Saya hadiri undangan petani itu sebagai wujud kebanggaan saya atas dukungan mereka terhadap program revitalisasi kakao ini,” ungkap Nur Rahman Umar.

Menurutnya, perbaikan derajat kehidupan berpulang pada setiap individu dan tergantung kemauan mereka sendiri untuk berkembang dan memajukan usaha yang dilakoni. Dalam hal program revitalisasi, Pemkab Kolut memfasilitasi petani dengan menyediakan bibit unggul kakao. Bibit itu diberikan secara gratis, termasuk pupuk. Bahkan Pemkab Kolut memfasilitasi dalam hal pemasaran. “Mereka panen kami tidak minta bagian. Semua itu demi mewujudkan kesejahteraan petani,” imbuh Nur Rahman Umar.

Dalam mengembalikan kejayaan kakao, Pemkab Kolut menargetkan merevitalisasi 43 ribu hektare tanaman kakao. Dari data Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut, total lahan kakao sejak akhir 2017-2019 mencapai 9 ribu hektare. Bibit yang telah tersalur sebanyak 9 juta lebih. Selain Pemda, pemerintah pusat turut memberikan perhatian dengan menyalurkan 2 ribu bibit melalui APBN. “Agar mencapai target awal 18 ribu Hektar, kami akan intervensi melalui dana APBD,” ujar Nur Rahman Umar.

Bupati Nur Rahman Umar ingin produksi kakao Kolut seperti di Jembrana, Provinsi Bali. Lahannya hanya berkisar 600-an Hektare (Ha) namun mampu mengekspor kakao. Nah, di Kolut, potensi lahan lahan mencapai puluhan ribu hektare. “Bisa dibayangkan jika revitalisasi berhasil seluruhnya maka Kolut bisa mengekspor berton-ton kakao ke luar negeri,” optimistis Nur Rahman Umar.

Tak hanya fokus profuksi kakao. Bupati Nur Rahman membidik pasar asing melalui ekspor kakao ke Perancis. Ia meminta Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismail Mustafa agar membangun jejaring dengan pengusaha di Bali terkait jumlah minimal komoditas kakao yang bisa diekspor. “Jika kita tidak bisa (ekspor) langsung ke Perancis, mungkin bisa kerja sama dengan pengusaha di Bali agar bisa mengirim bersama,” paparnya.

Bupati Nur Rahman berkeinginan besar kakao petani Kolut diekspor untuk memangkas pengeluaran. Di sisi lain, dari segi harga jual tentu tidak terpangkas lebih banyak ketimbang melalui sistem jual-beli antara pengusaha di dalam negeri.

Tanaman kakao yang dipanen di Desa Pohu milik salah satu kelompok tani menggunakan bibit pembagian 2019 silam. Luasnya tidak mencapai satu Ha. Jika melihat dari segi usia tanam dan jumlah buah yang dihasilkan sudah bisa dikategorikan berhasil atau paling tidak sudah sebanding karena buah pertama.

Total lahan program revitalisasi di Desa Pohu berkisar 101,5 Ha. Telah ada yang memulai penanaman sejak 2018 hingga dipastikan telah memanen lebih awal. Pembagian bibit ke Desa Pohu secara bertahap mulai 2018-2021. Permintaan bibit terus berlangsung lantaran diikuti jumlah permintaan bibit karena melihat petani lain sudah banyak yang menikmati hasil tanamnya. “Harga kakao itu selalu stabil karena produk eksport. Beda dengan komoditi lain yang jika turun bisa sangat murah,” kata Bupati Nur Rahman Umar.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kolut, Ismail Mustafa mengatakan jika saat ini terdapat tambahan kecamatan yang ikut mendapat jatah bibit kakao yakni Tolala. Penanaman dilakukan pekan ini di atas lahan sekira empat hektare.

Tolala memang tidak tercover pada wilayah yang mendapat bantuan bibit karena dipandang tanahnya tidak cocok untuk komoditas tersebut. Namun, di beberapa lahan ternyata ada kakao cocok dengan kondisi tahanya. Kini, di kecamatan dibentuk dua kelompok tani dan mulai menanam. “Kami alokasikan juga (bibit) tahun ini ke Tolala untuk luas tanam 40-an Ha,” ungkapnya.

Ismail optimistis dalam beberapa tahun ke depan, keberhasilan program revitalisasi akan lebih maksimal. Dia juga meyakini produksi petani akan meningkat. Pemkab Kolut tetap menyiapkan bibit sesuai permintaan. (rus/c)

Tinggalkan Balasan