KENDARINEWS.COM, Raha – Sosialisasi para kandidat calon Kepala Daerah di Kabupaten Muna terus bermunculan. Setelah LM Rajiun Tumada (mantan Bupati Muna Barat), Wa Ode Rabia Al Adawia (Anggota DPD RI) dan La Ode Rimbasua (mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Muna), kini muncul lagi satu kandidat yang dinilai kekuatannya seimbang dengan kandidat lain, bahkan, melebihi.
Mantan aktifis asal Muna, La Ode Kabias SH mengatakan, ada salah satu figur potensial yang sangat layak untuk dilamar partai-partai sebagai calon Bupati Muna. Siapa? “La Ode Asrafil SH, MH. Beliau saat ini menduduki jabatan Kepala BPN Malang,” kata Kabias.
Di mata Kabias, La Ode Asrafil ditinjau dari berbagai sisi pasti memberikan hasil positif yang kompetitif. Dari sisi sosial kemasyarakatan, Asrafil dianggap tokoh di Muna. Dasi sisi kecerdasan dan kemampuan manajerial, Asrafil telah menunjukkan dirinya sebagai birokrat sukses yang kiprahnya mulai dari daerah hingga ibukota. “Birokrat yang ditugaskan di daerah Jawa itu biasanya mereka yang memiliki IP di atas rata-rata. Birokrat yang ditugaskan di dekat pusat kekuasaan itu biasanya orang yang memiliki kemampuan dan jejaring yang bagus. Dan, La Ode Asrafil telah membuktikan itu. Karena itu, jika beliau dicalonkan sebagai Bupati, saya punya keyakinan, Asrafil bisa jalan tol ke singgasana kursi Bupati Muna,” tutur Kabias.
“Dalam aturan, ASN itu tak dibolehkan bicara politik. Saya ini ASN. Tapi, in ikan belum tahapan. Kalau pun dianggap sudah tahapan, saya kira tidak ada hubungannya ASN Kota Kendari dengan Muna. Ibaratnya, orang Jawa Suriname mengomentari Pilkada Gunung Kidul, atau Pilkada Bangunsari. Ndak ada hubungannya. Masa saya dilarang untuk membicarakan Pilkada Kabupaten Fak-fak yang disana banyak keluarga saya. Saya kira, tidaklah. Membicarakan kebagusan pemimpin itu adalah hak semua warga negara,” kata Kabias, mantan Kabag Hukum DPRD Kota Kendari yang kini menggugat Pemkot Kendari karena merasa dinonjob tidak sesuai prosedur. “Saya gugat Walikota Kendari karena menonjob saya. Selama ini, tidak ada yang berani menggugat kasus nonjob. Di seluruh Indonesia tidak ada. Saya lakukan itu. Dan, insya Allah menang karena saya tahu aturan hukum. Masa, saya sekolahkan hukum bertahun-tahun tiba-tiba saya mau dipermainkan dengan aturan. Wow tunggu dulu. Eh, kenapa materi kita lari ke nonjob padahal kita bicara kandidat Bupati Muna tadi?,” kata La Ode Kabias sambil tertawa.
Kesempatan yang sama, Kabias mengaku tertarik membicarakan kandidat Bupati Muna ini karena ingin pengayaan calon-calon. “Selama ini yang disebut calon kepala daerah hanya itu-itu saja. Hanya kalangan itu saja. Ndak biasakah menyebar penyebutannya. Calon Bupati dari Kasaka kah, ada calon Bupati dari Mangga Kuning kah. Dll. Selama ini, tidak menyebar. Sebenarnya, situasi ini sama dengan posisi para Kepala Dinas. Menjadi kepala Dinas sampai 10 atau 20 tahun, sampai pensiun, lantas bagaimana dengan yang lain. Kemampuan dan kelebihan apa seorang Kepala Dinas sampai menjabat puluhan tahun. Cobalah, bagi itu jabatan agar kekayaan juga menyebar. Supaya kesejahteraan menyebar. Kalau bicara kemampuan dan kecerdasan, di zaman begini sudah tidak ada yang bodoh. Semua pintar. Jadi, jangan ada asalan hanya dia yang sanggup. Semua ASN keluaran perguruan tinggi pasti sanggup,” kata Kabias.
Ia mengaku prihatin. “Masa ada kepala dinas bodoh tapi bisa bertahan puluhan tahun. Menjadi kepala dinas itu karena cerdas bukan karena lama menjadi pegawai. Mestinya, Kepala Dinas ini dibatasi maksimal 4 tahun,” pungkas La Ode Kabias.(ryl)