Inspektur Tambang Diminta Rutin Memantau Lapangan

Aktivitas Penambangan Nikel Disorot

KENDARINEWS.COM — Aktivitas pertambangan sejumlah perusahaan yang mengeksploitasi nikel di Kolaka Utara (Kolut) tanpa mengikuti aturan dan kaidah, mendapat sorotan. Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asal Sulawesi Tenggara (Sultra), Rusda Mahmud, menyebut, salah satu perusahaan tersebut adalah PT Riota Jaya Lestari yang beroperasi di Kecamatan Lasusua. Perusahaan tersebut dianggap menambang dalam kawasan hutan dan membangun terminal khusus di daerah terlarang tanpa ada kelengkapan izin yang dimiliki.

“Izinnya belum lengkap tetapi sudah menambang dan membuat Tersus. Orenya sudah dikumpul. Saya belum tahu izinnya dari siapa, apakah dari bupati atau Kadis Perhubungan,” sorot Rusda, Senin (17/5). Menurut Politikus Partai Demokrat itu, ada undang-undang zonasi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Provinsi Sultra tahun 2018 terkait wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Jika merujuk aturan, sebenarnya tidak bisa lagi dibangun Jeti dari jarak hingga enam mil, karena merupakan wilayah tangkapan ikan. “Jetinya itu sangat dekat dengan perkampungan. Instansi terkait itu kerjanya apa dan di mana ya. Ini pelanggaran di depan mata tetapi tidak ditegur,” sindirnya.

Rusda juga menjumpai ada perusahaan yang mengeruk ore di dekat sutet jaringan listrik PLN yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sultra. Jika terjadi longsor, maka yang akan menanggung kerugian, seluruh masyarakat Sultra. Ia juga menyindir pihak Inspektur Tambang dan meminta agar rutin berkunjung ke lapangan memantau aktivitas pertambangan di Kolut.

Anggota DPR RI Bidang Energi, Riset, Teknologi dan Lingkungan Hidup itu juga menyoroti pemilik perusahaan tambang yang tidak banyak menyerap tenaga kerja lokal. Masyarakat Desa Sulaho, Abdul Aziz, mengatakan perusahaan yang beroperasi di wilayahnya tak memerhatikan masyarakat. Tumbuhannya banyak yang rusak namun tidak ada ganti rugi. Kalaupun ada itu hanya berupa pemberian Sembako pada waktu tertentu saja. “Debu setiap hari kita rasa. Mau menanam, tumbuhan tidak bisa hidup karena lumpur,” keluhnya. (b/rus)

Tinggalkan Balasan