
KENDARINEWS.COM— Di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), area persawahan Kecamatan Rante Angin merupakan yang terluas dan menjadi penyumbang hasil panen padi terbanyak. Menghadapi musim kemarau tahun ini, hamparan persawahan di wilayah tersebut diperkirakan banyak yang akan mengalami kekeringan. Penyebabnya, infrastruktur bendung sebagai penampung pasokan air yang rusak, belum diperbaiki hingga kini.
Sekertaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kolut, Ngatimo, menjelaskan, sawah di Rante Angin sebagian basar bergantung dengan pengairan dari bendung yang saat ini tanggulnya telah ambruk. Saat ini, beberapa petani menunda pengolahan sawah serta ada juga yang mengupayakan pengairan menggunakan pompa. “Ada dua sungai di Rante Angin yang menjadi sumber pengairan. Salah satunya cukup kecil, namanya Kali Jodoh. Hanya saja posisinya lebih rendah dan dibutuhkan pompa untuk mengairi sawah,” papar Ngatimo, Rabu (14/4).
Tidak ada jalan lain, bagi pegani yang terlanjur menggarap lahannya sebelum bendungan rusak, kini hanya mengandalkan air hujan. Informasi yang diterima pihaknya dari penyuluh setempat, paa petani mengupayakan mesin pompa agar air di sawah mereka tidak mengering. Kata Ngatimo, akibat rusaknya bendung tersebut dan belum adanya penanganan hingga saat ini memungkinkan hasil panen padi berkurang sampai 50 persen.
Padahal, dari pencatatan Badan Pusat Statistik (PBS) tahun 2019 lalu, khusus di Rante Angin dengan sawah seluas 583,70 hektare sawah dapat memproduksi 2.252,31 ton padi. “Panen empat bulan sekali. Kalau rata-rata hasil panen sebelumnya kami catat sekitar lima ton per hektare,” bebernya. Sawah Rante Angin dikatakan juga menjadi salah pemasok kebutuhan beras lokal di Kolut. Pihaknya berharap ada upaya penanganan terkait kondisi bendung yang saat ini tidak berfungsi lagi. Sehingga para petani sawah bisa kembali ke area bercocok tanam mereka. (b/rus)