oleh

Angka Stunting Tinggi, Bupati Butur: Dipengaruhi Minimnya Asupan Gizi dan Vitamin

KENDARINEWS.COM—Angka penderita stunting di Kabupaten Buton Utara (Butur), masih cukup tinggi. Ini dipengaruhi oleh asupan gizi dan vitamin saat kehamilan dan menyusui.

Sebagai bentuk komitmen dalam upaya mencegah dan percepatan penurunan angka stunting di daerah berjuluk Lipu Tinadeakono Sara tersebut, Bupati Butur, Muh. Ridwan Zakariah, memimpin langsung pelaksanaan Rembuk Stunting dia Aula Bappeda, akhir pekan lalu.

Turut hadir Ketua DPRD Butur, H. Muh. Rukman Basri, Ketua TP PKK, Hj. Muniarty M. Ridwan, Sekretaris Kabupaten, Muh. Hardhy Muslim, sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah, camat, beberapa kepala desa pada lokus stunting dan kepala Puskesmas.

Mereka kemudian bersepakat melakukan deklarasi penandatanganan komitmen bersama dalam upaya percepatan penurunan stunting terintegrasi di Butur.

Muh. Ridwan Zakariah mengharapkan, generasi penerus harus sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan berkualitas, maka mereka akan menjadi generasi cemerlang dan ikut menunjang kesuksesan pembangunan bangsa.

Sebaliknya jika anak-anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis atau biasa disebut stunting, sudah pasti mereka akan mengalami gangguan pertumbuhan, lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kondisi tersebut, berdampak buruk terhadap masa depan anak dan bangsa.

“Data hasil survei status gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kabupaten Buton Utara masih tergolong tinggi, yaitu 26,8 persen. Sekalipun lebih rendah dibandingkan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 30,2 persen, namun Butur masih di atas angka nasional yang telah mencapai 24,4 persen,” ujar Ridwan

Menurut Butur-1 itu, penyebab stunting dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks. Mulai dari rendahnya akses terhadap makanan bergizi, minimnya asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan keterpenuhan air bersih, termasuk pemahaman seorang ibu dalam pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makanan. Bahkan di masa kehamilan dan teknis menyusui (laktasi).

“Kalau faktor penyebab ini diabaikan, maka tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan otak anak. Karena permasalahannya yang kompleks, maka penanganannya juga harus terpadu lintas Organisasi Perangkat Daerah.” katanya. (kn)

Komentar

Tinggalkan Balasan