BMKG Peringatkan Ancaman Krisis Pangan


–Lantaran Bumi Kian Panas

KENDARINEWS.COM — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa ancaman krisis pangan yang sempat dibahas di kancah global sebelumnya, berpotensi benar-benar terjadi. Kepala BMKG, Dwikorita, menjelaskan bahwa salah satu faktor ancaman krisis pangan di masa depan adalah suhu bumi yang kian memanas seiring berjalannya waktu.

“Suhu atau temperatur bumi secara global saat ini naik 1,2 derajat celsius. Angka tersebut dipandang sebagai angka yang kecil, padahal itu adalah angka yang besar dan mematikan. Banyak fenomena ekstrem, bencana hidro-meteorologi yang diakibatkan pemanasan global tadi,” kata Dwikorita dalam keterangan resminya, dilansir pada Minggu (9/7).

Menurutnya, Indonesia yang kini berkecukupan dengan sumber daya alam yang melimpah, bukan tidak mungkin juga akan mengalami krisis pangan. Hal tersebut bisa terjadi apabila pemerintah Indonesia tak mampu mengantisipasi ancaman itu.

Selain Indonesia, sejumlah negara pun kini juga mulai melakukan antisipasi ancaman krisis pangan yang diprediksi akan terjadi pada 2050 kelak.

“Tahun 2050 mendatang jumlah penduduk dunia diperkirakan menembus angka 10 miliar. Jika ketahanan pangan negara-negara di dunia lemah, maka akan terjadi bencana kelaparan akibat jumlah produksi pangan yang terus menurun sebagai dampak dari perubahan iklim,” tegasnya.

Untuk itulah, ia berharap pemerintah segera melakukan penindakan terkait hal ini, melalui intervensi kebijakan dan skala prioritas. Dalam prediksinya, jika tidak ada pergerakan dari pemerintah untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan, maka Indonesia bisa merugi hingga Rp 544 triliun di rentang waktu 2020 – 2024.

Sementara pihaknya sendiri, hingga saat ini masih terus melakukan upaya mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim dari sisi teknologi, kesehatan, pertanian, kehutanan, hingga sumber daya manusia (SDM) yang terus diperbarui.

“Khusus di sektor pertanian, BMKG terus melakukan penguatan literasi iklim dan cuaca kepada para petani dan penyuluh pertanian sebagai langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sekolah lapang iklim (SLI) terus digelar di seluruh penjuru Indonesia dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian,” terangnya. (jpg)

Tinggalkan Balasan