KENDARINEWS.COM-Literasi informasi adalah kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan bertanggung jawab. Di era digital saat ini, masyarakat dibanjiri informasi dari berbagai platform, mulai dari media sosial hingga situs berita daring. Sayangnya, tidak semua informasi yang tersebar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fenomena hoaks dan disinformasi semakin meluas, mengancam kepercayaan publik, bahkan dapat memicu kepanikan hingga perpecahan sosial. Di sinilah pentingnya literasi informasi hadir sebagai benteng pertahanan masyarakat digital.
Meningkatnya Ancaman Hoaks dan Disinformasi
Kemudahan mengakses dan membagikan informasi membuat siapa saja bisa menjadi penyebar berita, baik benar maupun salah. Hoaks (informasi palsu yang sengaja disebarkan) dan disinformasi (informasi yang salah meskipun tanpa niat jahat) telah menjadi bagian dari kehidupan digital. Contohnya dapat kita lihat saat pandemi COVID-19, di mana banyak orang mempercayai mitos atau informasi keliru soal pengobatan dan vaksin.
Ancaman yang muncul dari penyebaran informasi yang tidak benar ini tidak bisa dianggap remeh. Ia dapat mempengaruhi opini publik, mengubah sikap seseorang terhadap isu penting, dan memperkeruh situasi sosial-politik. Bahkan dalam konteks pendidikan dan ekonomi, hoaks dapat menyesatkan keputusan yang seharusnya berdasarkan data akurat.
Peran Literasi Informasi dalam Menghadapi Era Digital
Di tengah derasnya arus informasi, literasi informasi menjadi kunci utama untuk menyaring dan memahami berbagai konten yang beredar. Dilansir dari Univ Stekom Literasi informasi bukan sekadar kemampuan membaca, melainkan mencakup:
- Mengevaluasi kredibilitas sumber
- Memverifikasi fakta dan data
- Menghindari bias informasi
- Memahami konteks dari informasi yang disampaikan
Dengan kemampuan ini, seseorang tidak mudah terpengaruh oleh konten provokatif atau berita yang tidak berdasar. Literasi informasi juga mendorong masyarakat untuk tidak asal membagikan informasi, melainkan melakukan pengecekan terlebih dahulu.
Dampak Rendahnya Literasi Informasi
Kurangnya literasi informasi di masyarakat memiliki dampak nyata, antara lain:
- Penyebaran hoaks secara masif
Banyak individu yang membagikan informasi tanpa menyadari bahwa kontennya belum tentu benar.
- Tingkat kepercayaan menurun terhadap media
Saat masyarakat tidak bisa membedakan mana berita benar dan tidak, rasa percaya terhadap media ikut menurun.
- Munculnya konflik sosial
Informasi keliru yang menyudutkan kelompok tertentu bisa memicu gesekan di masyarakat.
- Meningkatnya polarisasi opini
Disinformasi sering kali digunakan untuk memperkuat pandangan kelompok tertentu dan memecah belah masyarakat.
Strategi Meningkatkan Literasi Informasi
Untuk membangun masyarakat yang cerdas informasi, diperlukan sinergi antara berbagai pihak: individu, pendidikan, media, dan pemerintah. Berikut strategi yang bisa dilakukan:
- Pendidikan berbasis literasi digital sejak dini
Sekolah dan kampus perlu menjadikan literasi informasi sebagai bagian dari kurikulum.
- Kampanye publik oleh pemerintah dan NGO
Program edukasi melalui media massa dan sosial dapat membantu menjangkau masyarakat luas.
- Kolaborasi dengan platform digital
Media sosial dan penyedia konten digital harus menyediakan alat verifikasi dan memberi peringatan terhadap konten bermasalah.
- Pelatihan untuk jurnalis dan guru
Profesi yang dekat dengan penyampaian informasi perlu dilengkapi dengan pelatihan literasi yang kuat.
Ciri-ciri Individu yang Melek Literasi Informasi
Seseorang yang memiliki literasi informasi tinggi biasanya menunjukkan karakteristik seperti:
- Tidak mudah percaya dan menyebarkan informasi tanpa verifikasi
- Mampu membedakan opini dan fakta
- Menyadari adanya bias dalam konten media
- Aktif mencari sumber informasi yang beragam
- Selalu kritis terhadap narasi viral atau provokatif
Peran Media Sosial dan Teknologi dalam Literasi Informasi
Media sosial memiliki dua sisi. Di satu sisi, ia memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas. Di sisi lain, media sosial juga memfasilitasi penyebaran hoaks secara instan. Maka, penting bagi pengguna media sosial untuk memahami bahwa mereka bukan hanya konsumen informasi, tetapi juga aktor yang turut berkontribusi dalam ekosistem digital.
Platform seperti Facebook, X (dulu Twitter), TikTok, dan Instagram memiliki fitur-fitur seperti penanda konten bermasalah, laporan berita palsu, hingga kerja sama dengan pemeriksa fakta. Pengguna perlu memanfaatkan fitur-fitur ini untuk mendukung ruang digital yang sehat.
Menjadi Bagian dari Solusi
Setiap individu memiliki peran dalam menciptakan ruang informasi yang lebih sehat dan akurat. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan secara pribadi:
- Verifikasi informasi sebelum membagikannya
- Gunakan situs pemeriksa fakta seperti turnbackhoax.id
- Edukasi orang di sekitar, termasuk keluarga
- Hindari sikap apatis terhadap penyebaran hoaks
Literasi informasi adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu di era digital. Dengan kemampuan ini, masyarakat dapat menyaring informasi secara kritis, menghindari jebakan hoaks dan disinformasi, serta berperan aktif menciptakan lingkungan informasi yang sehat. Di tengah banjir data dan informasi yang kita hadapi setiap hari, hanya dengan literasi informasi kita bisa tetap waras, bijak, dan bertanggung jawab sebagai warga digital.








































