KENDARINEWS.COM — Jakarta – Anggota Fraksi PDIP, DPR RI, Adian Napitupulu dengan tegas menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden dari dua periode ke tiga periode. Teman-teman sepergerakan Adian “Angkatan 98” disebutnya juga gerah dengan wacana itu, termasuk soal penggalangan-penggalangan massa. “Di daerah ini dukung perpanjangan, di daerah ini dukung tiga periode. Teman-teman (98) generasi kami juga gerah melihat ini. Kita punya sekian agenda perubahan, kita punya sekian banyak harapan, banyak gagasan yang tidak terealisasi dalam proses reformasi. Tapi ada beberapa yang sudah berjalan dengan baik. Menurut kami, menurut kawan-kawan, mau berapapun mahalnya, kita jaga. Kalau kemudian kita buka ruang perpanjangan lalu kemudian berikut hari siapapun yang terpilih, kemudian melakukan hal serupa, bagaimana? Presiden ini kan bisa berulang. Kalau kemudian tanpa dasar yang jelas, kita rubah konstitusi menjadi tiga periode lalu kemudian presiden berikutnya melakukan hal yang sama dan dia berulang, mau jadi apa bangsa ini, mau jadi apa negara ini,” kata Adian dalam forum Talk Show.
Ketika ditanya bahwa Menko Maritim sudah menyampaikan wacana tiga periode, dan ini bisa dianggap sebagai simbol istana, Adian Napitupulu dengan tegas pula menjawab. “Sampai 23 Desember tahun lalu, saya bicara dengan Presiden, nggak ada. Tidak menyinggung sedikit pun tentang perpanjangan, apalagi tiga periode. Oke. Kalau begitu, ini keinginan siapa? Dan maksudnya harus clear dong. Biar kita tahu yang berkeinginan siapa dan mari kita perdebatkan. Apa sih dasar pertimbangannya untuk memperpanjang atau untuk membuat tiga periode? Apakah ada sesuatu yang memang sangat urgen? Yang memang kalau tidak dilakukan, bangsa ini menjadi sesuatu yang buruk gitu? Jangan bilang soal big data, jangan bilang soal pengusaha, jangan bilang soal petani, jangan dong. Survey terakhir mengatakan bahwa hampir 70 persen kalau saya tidak salah, menolak perpanjangan dan menolak menjadi tiga periode,” tegas Adian Napitupulu.
“Kalau disebut Menko Maritim merepresentasikan Istana, saya tidak percaya. Kita juga kan berkomunikasi dengan presiden. Kita juga memahami gestur presiden kalau dia berbicara dan sebagainya. Beberapa teman-teman yang berkomunikasi intens dengan presiden juga kita periksa, dan, nggak. Lalu, keinginan siapa?,” pungkasnya.(ryl)








































