Pertumbuhan Penduduk Melambat: Cerai Naik, Nikah Turun

“Hati-hati ketika populasi orang tua menjadi banyak kemudian anak muda sedikit,” tuturnya dilansir Jawa Pos, Kamis, 7 Maret 2024.

Ini berdampak pada sulitnya untuk keluar dari middle income. Dengan adanya bonus demografi dan peningkatan kualitas SDM diharapkan akan menambah pendapatan per kapita. Dengan cara ini maka Indonesia bisa menjadi negara maju.

Jika salah langkah, bisa jadi Indonesia menjadi negara miskin. “Presiden berulang kali mengingatkan, jangan seperti negaradi Afrika yang sudah memiliki bonus demografi tapi tetap menjadi negara miskin,” ucapnya.

Menurut catatan BKKBN, TFR Indonesia terus turun. Pada 2017 sekitar 2,4. Artinya setiap perempuan melahirkan setidaknya dua sampai tiga anak. Lalu pada 2022 turun menjadi 2,1.

Penurunan jumlah anak yang mampu dilahirkan dalam satu keluarga ini lebih cepat dari prediksi pemerintah.

“Penduduk kita harus seimbang. Kalau boleh TFR jangan kurang 2,1, supaya tidak terjadi minus growth,” ujarnya.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie turut merespons menurunnya tren angka pernikahan di Indonesia. Angka pernikahan yang terdata 1,5 jutaan sepanjang 2023 itu harus dicermati oleh semua pihak terkait.

Untuk mengetahui penyebab penurunan angka pernikahan dalam satu dekade terakhir, perlu dilihat dari berbagai pendekatan. ’’Seperti pendekatan sosiologis, budaya, dan ekonomi,’’ katanya.

Pilihan untuk usia menikah bahkan pilihan perlu menikah atau tidak, dipengaruhi banyak faktor.

Termasuk juga faktor demografi warga bersangkutan. ’’Misalnya mereka itu dari kawasan perkotaan atau perdesaan. Mereka bisa memiliki pandangan yang berbeda,’’ tuturnya.

Tinggalkan Balasan