KENDARINEWS.COM — Kebijakan penerapan minyak goreng satu harga di Kota Kendari belum efektif. Di pasaran, harga minyak goreng masih tinggi atau sekitar Rp 20-25 ribu perliter. Padahal harga minyak goreng yang ditetapkan pemerintah Rp 14 ribu perliter.
Santi mengaku sulit mendapatkan minyak goreng. Meski ada, warga kota lama ini harus merogoh kocek lebih. Pasalnya, harganya lebih mahal. Makanya, ia memilih beralih ke minyak goreng curah.
“Beberapa hari ini, minyak goreng di grosir dan minimarket banyak yang kosong. Kalau di pasar tradisional masih ada. Hanya saja, harganya mahal. Minyak goreng curah pun sudah naik meski harganya juga sudah naik. Biasanya, 1 botol minyak goreng ukuran botol mineral Rp 10 ribu, kini Rp 15 ribu,” ujarnya, Sabtu (5/3).

Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Kendari, Muhammad Saiful mengaku rutin melakukan pengawasan di pasaran maupun di distributor minyak goreng. Dalam melakukan pengawasan, pihaknya ikut menggandeng Satuan Tugas (Satgas) pangan dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
“Kita sudah awasi. Semua komitmen patuhi aturan satu harga yang ditetapkan pemerintah. Kalau melanggar tentu akan diberikan sanksi. Mulai sanksi adminstrasi hingga yang paling berat adalah pencabutan izin usaha,” tegasnya. (c/ags)







































