Tradisi yang disebutkan menjadi acara adat yang wajib bagi setiap keluarga di Buton. Diakhir acara akan selalu ada syukuran atau makan bersama atau yang lebih populer dengan sebutan pekande-kandea. Kemudian ada pertunjukan seni tari tradisional sebagai sebagai hiburan penutup.“Tradisi ini jika dilaksanakan perorangan maka membutuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga Pemkab Buton berinisiatif melaksanakan secara massal dalam rangka membantu kesulitan ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai promosi budaya,” pungkas La Bakry.
Puncak acara Budaya Tua Buton diisi sejumlah kegiatan. Diantaranya festival pesona Tanu (menenun) diikuti 100 penenun tradisional, festival Pedole-dole (imunisasi tradisional) di ikuti 200 balita, festival Tandaki (sunatan) diikuti 219 anak, Posuo (pingitan) diikuti 200 remaja putri dan Pekande-kandea (makan-makan) yang disajikan dalam 2019 talam. Penutupan festival budaya tua Buton juga menampilkan tari kolosal yang dilakukan oleh 5000 penari.
Festival Budaya Tua Buton tahun 2019 diawali dengan Buton Expo diikuti OPD dan mitra Pemkab Buton. Institusi-institusi itu memamerkan hasil pembangunan dan keberhasilan menuntaskan program kerja. Selama festival, artis-artis ibu kota tampil silih berganti dan mengguncang panggung kesenian Takawa. (lyn/mel)








































