KENDARINEWS.COM — Amerika Serikat (AS) memindahkan kapal induk raksasanya, USS Gerald R. Ford, dari Laut Mediterania ke kawasan Komando Selatan (SOUTHCOM) di tengah meningkatnya ketegangan terkait perdagangan narkoba di wilayah Karibia. Langkah strategis ini diumumkan langsung oleh pihak SOUTHCOM pada Selasa (11/11/2025).
“Grup Serang Kapal Induk Gerald R. Ford, yang dipimpin oleh kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R. Ford, memasuki wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS (USSOUTHCOM AOR) pada 11 November,” ungkap pernyataan resmi armada tersebut, dikutip dari Sindonews.com
Pemindahan kapal induk ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Menteri Perang Pete Hegseth, yang bertujuan mendukung kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk menumpas organisasi kriminal transnasional dan jaringan perdagangan narkoba di kawasan.
SOUTHCOM menjelaskan, “Kedatangan pasukan maritim ini terjadi setelah Menteri Perang Pete Hegseth mengarahkan Grup Serang Kapal Induk untuk mendukung arahan Presiden guna membubarkan Organisasi Kriminal Transnasional dan melawan narkotika-terorisme dalam rangka membela Tanah Air.”
USS Gerald R. Ford membawa lebih dari 4.000 pelaut dan puluhan pesawat tempur taktis, serta diperkuat oleh kapal pengawal USS Bainbridge. Pengerahan armada ini diklaim akan meningkatkan kemampuan militer AS untuk memproyeksikan kekuatan dan menjaga stabilitas keamanan maritim di Karibia dan Atlantik Barat.
“Kelompok penyerang kapal induk ini akan memperkuat pasukan gabungan yang sudah berada di wilayah tanggung jawabnya, termasuk Kelompok Siap Amfibi Iwo Jima dan unit ekspedisi laut yang ditugaskan di bawah Satuan Tugas Gabungan,” tulis pernyataan SOUTHCOM.
Menurut laporan, kapal induk tersebut telah melewati Selat Gibraltar pada 4 November dan kini beroperasi di lepas pantai barat Afrika, beberapa mil dari Tanjung Verde, sebelum bergerak ke area operasi utama di Laut Karibia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Pentagon memang meningkatkan pengerahan aset laut, udara, dan darat di kawasan itu. Washington menyebut operasi besar tersebut sebagai bagian dari kampanye kontra-narkotika dan kontra-terorisme, yang telah menargetkan berbagai kapal penyelundup di Karibia dan Pasifik Timur.
Sejak awal September, Presiden Trump mengizinkan sejumlah serangan langsung terhadap kapal yang diduga membawa narkoba, yang menurut laporan telah menghancurkan 20 kapal dan menewaskan sedikitnya 75 orang hingga 10 November 2025. (*)








































