Putih Bukan Jaminan: Mengenal Ciri Beras Palsu yang Bisa Mematikan

KENDARINEWS.COM–Di balik kilau putih beras yang menggoda, bisa saja tersembunyi bahaya mematikan. Saat harga beras naik dan stok menipis, sejumlah pedagang nakal memilih jalan pintas: mencampur beras asli dengan bahan kimia berbahaya. Akibatnya, beras oplosan kembali beredar luas dan mengancam jutaan konsumen.

Beras palsu ini tidak hanya menipu secara visual, tapi juga berpotensi merusak kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang. Yang jadi korban? Umumnya masyarakat menengah ke bawah yang tergoda harga murah tanpa tahu risiko mengintai.

Ciri-Ciri Beras Oplosan: Jangan Sampai Tertipu!

Dilansir dsri fajar.co.id, tak semua konsumen mampu membedakan beras asli dan oplosan. Namun, sejumlah tanda mencolok bisa dijadikan peringatan dini:

  • Warna terlalu putih dan mengilap
    Biasanya akibat campuran pemutih tekstil atau lapisan lilin.
  • Bau kimia mencurigakan
    Seperti aroma logam, plastik, atau pemutih. Bukan bau khas beras.
  • Mengambang saat direndam
    Jika dicampur plastik atau zat sintetis, beras akan mengapung dan meninggalkan endapan putih.
  • Sulit matang dan bertekstur aneh
    Nasi terasa kenyal seperti karet, atau keras di luar dan lembek di dalam.
  • Beras meleleh jika dibakar
    Tes sederhana ini bisa mengungkap kandungan plastik.

Risiko Kesehatan Beras Palsu: Lebih dari Sekadar Sakit Perut

Konsumsi rutin beras oplosan bukan hanya membuat perut bermasalah, tapi bisa memicu penyakit serius, bahkan kematian dini.

1. Keracunan Akut

Gejalanya bisa muncul dalam hitungan jam: mual, muntah, diare, hingga pusing. Kasus keracunan massal akibat beras oplosan pernah terjadi di sejumlah wilayah.

2. Kerusakan Usus dan Gangguan Pencernaan

Bahan kimia seperti lilin dan pemutih dapat merusak dinding usus, membuat tubuh gagal menyerap gizi secara optimal.

3. Gagal Ginjal dan Hati

Organ penyaring racun bekerja ekstra keras hingga akhirnya gagal fungsi. Konsumsi jangka panjang bisa menyebabkan sirosis hati.

4. Kanker

Kandungan plastik dan klorin tergolong karsinogenik. Konsumsi dalam waktu 5–10 tahun dapat memicu kanker usus, lambung, dan hati.

5. Kerusakan Saraf

Logam berat dari pewarna sintetis bisa menyebabkan tremor, penurunan daya ingat, dan gangguan neurologis lainnya.

Lindungi Diri: Tips Memilih Beras yang Aman

Agar tak menjadi korban, masyarakat dihimbau untuk lebih selektif. Berikut langkah pencegahan sederhana:

  • Beras hanya dari toko resmi, minimarket terpercaya, atau pedagang langganan.
  • Cek label BPOM dan sertifikasi halal jika membeli kemasan.
  • Waspadai beras yang terlalu putih, terlalu murah, atau berbau aneh.
  • Gunakan uji air panas atau tes api jika ragu terhadap kualitas beras.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Membeli?

Jika kamu mencurigai beras yang dibeli mengandung zat berbahaya:

  1. Hentikan konsumsi segera.
  2. Simpan sampel beras sebagai bukti.
  3. Laporkan ke Dinas Perdagangan, BPOM, atau Layanan Konsumen setempat.
  4. Edukasi tetangga dan keluarga agar tidak ikut menjadi korban.

Hukum dan Peran Masyarakat

Pemerintah telah memperketat pengawasan distribusi pangan, namun keberhasilan pemberantasan beras oplosan tetap memerlukan peran aktif masyarakat. Kesadaran kolektif dan laporan dari warga bisa menjadi senjata ampuh melawan praktik curang ini.

Kesimpulan: Jangan Tukar Kesehatan dengan Harga Murah

Di tengah tekanan ekonomi, harga murah memang menggoda. Tapi jika yang dikorbankan adalah kesehatan bahkan nyawa, maka harga itu menjadi terlalu mahal.

Lebih baik waspada dan cermat memilih beras ketimbang menyesal di kemudian hari. Ingat, keamanan pangan adalah hak semua orang, bukan kemewahan.(*)

Tinggalkan Balasan