KENDARINEWS.COM – Obesitas kini bukan lagi sekadar persoalan penampilan, melainkan kondisi medis serius yang dapat memicu berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, hingga stroke. Data medis menyebutkan, obesitas terjadi ketika lemak tubuh menumpuk akibat kelebihan kalori yang tidak terbakar, dan kondisi ini bisa dialami baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Apa Itu Obesitas dan Siapa Saja yang Berisiko?
Obesitas secara klinis diukur melalui indeks massa tubuh (IMT). Seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥ 25 kg/m². Selain itu, pada pria lingkar pinggang di atas 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm menjadi indikator tambahan. Pada anak-anak, diagnosis disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin.
“Penyebab utama obesitas adalah pola makan tinggi kalori yang tidak diimbangi aktivitas fisik,” jelas dr. Lina Mardiana, SpGK, ahli gizi klinis di Kendari, Kamis (7/8). Namun, ada pula faktor lain seperti keturunan, penggunaan obat-obatan tertentu, gangguan hormonal, hingga stres dan gangguan tidur.
Tanda-Tanda Obesitas yang Perlu Diwaspadai
Selain berat badan berlebih, gejala lain yang menyertai obesitas antara lain: sesak napas, mudah lelah, nyeri sendi, mendengkur, serta gangguan psikologis seperti rendah diri dan kecemasan sosial. Pada anak-anak, bisa muncul stretch mark, pubertas dini atau tertunda, bahkan kelainan tulang.
Obesitas juga dapat membuat lipatan kulit lebih lembap, memicu iritasi hingga infeksi kulit. Karena itu, penanganan tidak bisa ditunda.
Langkah-Langkah Penanganan Obesitas
Penanganan obesitas bersifat menyeluruh dan bertahap, tergantung pada tingkat keparahan serta kondisi kesehatan pasien. Beberapa langkah utama meliputi:
- Perbaikan Pola Makan
Mengurangi kalori dengan memilih makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta memperbanyak sayur dan buah. - Olahraga Rutin
Aktivitas fisik seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang selama 150 menit per minggu sangat disarankan. - Konseling dan Psikoterapi
Membantu pasien mengenali pemicu pola makan berlebih, serta mengelola stres dan emosi yang memicu “emotional eating”. - Penggunaan Obat-obatan
Seperti semaglutide (Ozempic), yang hanya boleh digunakan atas resep dokter. - Tindakan Operatif (Bariatrik)
Operasi seperti sleeve gastrectomy atau gastric bypass dilakukan pada pasien obesitas berat yang tidak merespons pengobatan lain.
Pentingnya Diagnosis dan Pemeriksaan Tambahan
Dokter biasanya akan mengevaluasi pola hidup pasien, serta melakukan pemeriksaan tambahan seperti tes kolesterol, fungsi hati, kadar gula darah (HbA1c), hormon tiroid, hingga elektrokardiogram (EKG) untuk menilai risiko penyakit jantung.
Dampak Obesitas Jika Tidak Ditangani
Jika dibiarkan, obesitas dapat menimbulkan komplikasi serius seperti:
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Diabetes tipe 2
- Sleep apnea
- Perlemakan hati
- Kanker (payudara, rahim, usus)
- Gangguan psikologis, seperti depresi
Selain itu, kualitas hidup penderitanya juga dapat menurun secara drastis.
Bagaimana Cara Mencegahnya?
Pencegahan obesitas dimulai dari kebiasaan kecil yang konsisten, seperti:
- Menjaga berat badan ideal dan mengukurnya rutin
- Mengurangi makanan cepat saji dan minuman manis
- Olahraga teratur minimal 30 menit/hari
- Istirahat cukup dan mengelola stres
- Membatasi waktu layar (screen time) berlebihan
“Obesitas bukan takdir, tapi bisa dicegah dan dikendalikan. Kuncinya ada pada kesadaran dan komitmen menjalani gaya hidup sehat.”








































